Rabu, 23 Januari 2013

Tren dan Isu Keperawatan Komunitas


TUGAS KEPERAWATAN KOMUNITAS 1

Tren dan Isu Keperawatan Komunitas

Dosen Pembimbing:Thomas Aquino Erjinuare Amigo,S.Kep,.Ns.,M.Kep,Sp.Kom

Description: C:\Users\acer aspire\Pictures\UnRespati.jpg

DISUSUN OLEH

1.      MUHAMMAD TAHIRUDDIN        (11130107)

 




PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2013





Kata Pengantar

            Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis kami yang berjudul “Trend dan Isu Keperawatan Komunitas
            Terselesaikannya karya tulis ini tidak dapat lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini kami ingin menyampaikan terimah kasih kepada
1.              Thomas Aquino Erjinuare Amigo,S.Kep,.Ns.,M.Kep,Sp.Kom selaku dosen pengajar mata kuliah Keperawatan Komunitas 1 program studi S1 ilmu keperawatan Universitas Respati Yogyakarta
2.              Teman-teman seperjuangan Progam Studi yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu S1 ilmu keperawatan Universitas Respati Yogyakarta

            Dalam menyelesaikan makalah ini kami telah berusaha untuk mencapai hasil yang maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan yang kami miliki, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran demi pernaikan dan sempurnanya makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi para pembaca

Yogyakarta,januari 2013
                                                                                                    


Penyusun






BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yaitu saling berkaitan dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi – segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah “sehat sakit” atau kesehatan tersebut. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas SDM yang dilakukan secara berkelanjutan.
            Berdasarkan visi pembangunan nasional melalui pembangunan kesehatan yang ingin dicapai untuk mewujudkan Indonesia sehat 2025. Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat bangsa. Negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam longkungan dan dengan prilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang tinggi.
            Pelayanan keperawatan berupa bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan, sehingga dengan bantuan yang diberikan tersebut diperoleh kemampuan m elaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri.
            Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya sebagai wujud kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik dalam tingkatan preklinik maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya maka keperawatan dituntut untuk peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dilingkungannya setiap saat
            Keperawatan komunitas sebagai cabang ilmu keperawatan juga tidak terlepas dari adanya berbagai perubahan tersebut, seperti teknologi alat kesehatan, variasi jenis penyakit dan teknik intervensi keperawatan. Adanya ber bagai perubahan yang terjadi akan menimbulkan berbagai trend dan isu yang menuntut peningkatan pelayanan asuhan keperawatan. Berdasarkan fenomena diatas, penulis tertarik untuk membahas Trend dan Isu Keperawatan Komunitas serta Implikasinya terhadap Perawat di Indonesia
  1. Tujuan

  1. Tujuan umum
Mahasiswa diharapkan mampu  mengetahui Trend dan Isu Keperawatan Komunitas terkini.
  1. Tujuan Khusus
            Mahasiswa mampu:
1.       Mengetahui Trend Keperawatan Komunitas
2.       Mengetahui Isu Keperawatan Komunitas




















BAB II
PEMBAHASAN

1. Trend Keperawatan Komunitas
1. Pengertian

Konsep dasar tentang tren (trend) adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa berbasis teknikal. Semua aspek yang ada bertujuan sama yaitu untuk membantu mengukur tren suatu hal atau topik, dalam rangka berpartisipasi dalam tren tersebut. Anda mungkin sering mendengar istilah populer seperti “always trade in the direction of the trend”, “never buck the trend”, atau “the trend is your friend”.      Tulisan singkat ini mencoba mengupas dan mendefinisikan apa yang dimaksud dengan tren dan mengklasifikasikannya dalam beberapa kategori.
            Secara umum, tren adalah ke arah mana sesuatu bergerak. Tapi kita membutuhkan definisi yang lebih akurat untuk dapat memanfaatkannya dalam analisa teknikal. Pertama yang harus diingat adalah bahwa gerakan kepopuleran atau sesuatu yang aktual tidak berbentuk garis lurus ke satu arah. Melainkan bergerak dalam bentuk serangkaian zigzag.     Gerakan Zigzag ini membentuk rangkaian gelombang yang berurutan, dengan puncak (peak/top) dan “tembusan” (through) yang cukup jelas. Arah peak dan through ini yang     menentukan tren. Peak dan through ini bergerak naik, turun, atau menyamping (sideways). Arah gerakan inilah yang memberitahukan kita tentang sebuah tren. Sebuah tren menaik (uptrend) didefinisikan sebagai serangkaian urutan peak dan through yang menaik. Tren menurun (downtrend) adalah kebalikannya, yaitu serangkaian peak dan through yang semakin menurun. Adapun serangkaian peak dan through yang cenderung menyamping disebut sebagai sideways/ranging. Namun tren yang dimaksud disini adalah tren yang bergerak naik yang ditandai dengan peak dan trough.
            Jadi, Tren keperawatan komunitas adalah sesuatu yang sedang booming, actual, dan sedang hangat diperbincangkan dalam ruang lingkup keperawatan komunitas.
2.Kasus
Dalam rangka memantapkan sistem Siaga, Dinas Kesehatan Kota Cimahi menyelenggarakan Pelatihan Pengorganisasian Desa Siaga pada tanggal 23 – 25 April 2008 di Aula Puskesmas Cimahi Tengah.
Hadir membuka acara dr. Hj. Endang Kesuma Wardani, Kepala Dinas Kesehatan Kota Cimahi. Dalam sambutannya dr. Endang mengatakan bahwa sistem Siaga merupakan pengembangan dari Gerakan Sayang Ibu (GSI). Dengan mengedepankan partisipasi masyarakat, bukan hanya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) saja yang terus ditekan dalam sistem Siaga, tetapi bagaimana Usia Harapan Hidup (UHH) masyarakat pun dapat meningkat. Melalui pelatihan yang difasilitasi oleh Health Services Program (SHP) ini, diharapkan Kota Cimahi dapat memenuhi target pembentukan sistem Siaga di seluruh tingkatan Rukun Warga.
Pada tahun 2006 dan 2007, terdapat masing-masing 10 kasus kematian ibu bersalin di Kota Cimahi. Sejak awal tahun 2008 hingga hari pelaksanaan pelatihan ini, tercatat 1 kasus kematian ibu bersalin di Kecamatan Cimahi Selatan. Hal ini terungkap
saat paparan Kebijakan Desa Siaga Provinsi Jawa Barat oleh drg. Pratiwi, M.Kes., Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Kota Cimahi.
Diundang sebagai peserta pelatihan adalah perwakilan PKK Kota Cimahi, BPMKB Kota Cimahi, Kesra Kota Cimahi, 3 Kecamatan di Kota Cimahi, 15 Ketua LPM tingkat kelurahan di Kota Cimahi, tenaga kesehatan Puskesmas di Kota Cimahi, dan Ketua Yayasan Eureka Indonesia (YEI) sebagai LSM kesehatan yang berkedudukan di Kota Cimahi.
Setelah paparan Kebijakan Desa Siaga Provinsi Jawa Barat, Materi pelatihan Desa Siaga disampaikan secara lengkap meliputi: Konsep, Komponen, dan Pesan Desa Siaga; Pemberdayaan Masyarakat dalam Sistem Desa Siaga; Pengorganisasian Masyarakat; Survey Mawas Diri (SMD); Musyawarah Masyarakat Desa (MMD); Format Alat Bantu dan Mekanisme Desa Siaga; Peran dan Fungsi Fasilitator Desa Siaga; Pendampingan dan Pelaporan Desa Siaga.
Di akhir pelatihan, disepakati pula Rencana Tindak Lanjut pengorganisasian RW Siaga. Peserta pelatihan berbagi tugas sebagai fasilitator untuk menggarap pengorganisasian 1 (satu) RW menjadi RW Siaga di masing-masing kelurahan tempat domisili atau wilayah kerjanya.
Selain mendapatkan tugas bersama-sama dengan fasilitator LPM Kelurahan Leuwigajah untuk menggarap RW 17, rencananya YEI pun akan turut membantu HSP dalam pendampingan perorganisasian RW Siaga di 14 kelurahan lainnya. Dengan pendampingan, diharapkan 15 RW yang dimaksud akan sukses digarap untuk kemudian direplikasi di semua RW lainnya yang belum mengorganisasikan sistem Siaga.
3. Deskripsi Kasus
Sebuah program desa siaga yang dikhususkan bagi para ibu melahirkan ini merupakan sebuah hasil dari sebuah pemikiran yang sangat kontributif dalam menangani masalah – masalah yang terjadi pada ibu melahirkan. Desa siaga ini sangat fungsional dalam mengadakan sedikit pemulihan terhadap kondisi fisik para ibu melahirkan dimana yang pada usianya sekarang, ibu melahirkan sudah mengalami beberapa penurunan kualitas terhadap fungsi dari beberapa bagian anggota tubuhnya. Pemulihan anggota gerak dan peningkatan kebugaran adalah tonggak yang mendasari adanya desa siaga ini.
4.Teori
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Sebuah Desa dikatakan menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) (Depkes, 2007).
Poskesdes adalah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa. UKBM yang sudah dikenal luas oleh masyarakat yaitu Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Warung Obat Desa, Pondok Persalinan Desa (Polindes), Kelompok Pemakai Air, Arisan Jamban Keluarga dan lain-lain (Depkes, 2007).
Untuk dapat menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa, Poskesdes memiliki kegiatan:
1.            Pengamatan epidemiologi sederhana terhadap penyakit terutama penyakit menular yang berpotensi menimbulkan
2.            Kejadian Luar Biasa (KLB) dan faktor resikonya termasuk status gizi serta kesehatan ibu hamil yang beresiko.
3.            Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB serta faktor resikonya termasuk kurang gizi.
4.            Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdarutan kesehatan.
5.            Pelayanan medis dasar sesuai dengan kompetensinya.
6.            Promosi kesehatan untuk peningkatan keluarga sadar gizi, peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), penyehatan lingkungan dan lain-lain.
Dengan demikian Poskesdes diharapkan sebagai pusat pengembangan atau revitalisasi berbagai UKBM yang ada di masyarakat desa. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, Poskesdes harus didukung oleh sumber daya seperti tenaga kesehatan (minimal seorang bidan) dengan dibantu oleh sekurang-kurangnya 2 orang kader. Selain itu juga harus disediakan sarana fisik berupa bangunan, perlengkapan dan peralatan kesehatan serta sarana komunikasi seperti telepon, ponsel atau kurir.
Untuk sarana fisik Poskesdes dapat dilaksanakan melalui berbagai cara/alternatif yaitu mengembangkan Polindes yang telah ada menjadi Poskesdes, memanfaatkan bangunan yang sudah ada misalnya Balai Warga/RW, Balai Desa dan lain-lain serta membangun baru yaitu dengan pendanaan dari Pemerintah (Pusat atau Daerah), donatur, dunia usaha, atau swadaya masyarakat.
5. Kriteria Desa Siaga
Kriteria desa siaga meliputi :
1.    Adanya forum masyarakat desa
2.    Adanya pelayanan  kesehatan dasar
3.    Adanya UKBM Mandiri yang dibutuhkan masyarakat desa setempat
4.    Dibina Puskesmas Poned
5.    Memiliki system surveilans (faktor resiko dan penyakit) berbasis masyarakat.
6.    Memiliki system kewaspadaan dan kegawatdaruratan bencana berbasis masyarakat.
7.    Memiliki system pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat.
8.    Memiliki lingkungan yang sehat.
9.    Masyarakatnya ber perilaku hidup bersih dan sehat.
Tahapan desa siaga :
  1. Bina yaitu desa yang baru memiliki forum masyarakat desa, pelayanan kesehatan dasar, serta ada UKBM Mandiri.
  2. Tumbuh yaitu desa yang sudah lebih lengkap dengan criteria pada tahapan bina ditambah dengan dibina oeh puskesmas Poned, serta telah memiliki system surveilans yang berbasis masyarakat.
  3. Kembang yaitu desa dengan criteria tumbuh dan memiliki system kewaspadaan dan kegawatdaruratan bencana serta system pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat yang telah berjalan.
  4. Paripurna yaitu desa yang telah memiliki seluruh criteria desa siaga.

5. Opini
Ditinjau dari kondisi fisik pada ibu melahirkan yang mengalami banyak sekali penurunan kualitas, program semacam desa siaga yang kini tengah menjadi tren dalam ruang lingkup kesehatan, merupakan sebuah hal inovatif dan mampu bersifat progresif terhadap kondisi fisik para ibu melahirkan untuk menuju titik dimana keadaan kesehatan akan membaik dan dapat sedikit dikendalikan. Setidaknya banyak sekali hal yang bisa dikembangkan dari program ini seperti kolaborasi antara kegiatan fisik dan pemenuhan nutrisi yang diaplikasikan dalam pengaturan pola dan porsi makan.

2.Isu Keperawatan Komunitas
1. Pengertian
                        Isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi di masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis.
                        Secara sederhana isu dapat diartikan sebagai sebuah persoalan, atau isu dapat juga dikatakan sebagai sebuah masalah, sesuatu yang sedang menjadi perhatian, yang terlintas khabar, desas desus atau banyak lagi peristilahan lain. Isu berarti sebuah pokok persoalan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Tahun 1997, isu adalah “masalah yang     dikedepankan”. Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 1993, isu adalah :
  1. Masalah yang dikedepankan untuk ditangani;
  2. Kabar angin yang tidak jelas asal usulnya dan tidak terjamin kebenarannya;
  3. Kabar, desas-desus.
Dalam praktiknya, aktual memiliki beberapa makna antara lain: benar terjadi atau   akan terjadi, sedang menjadi perhatian orang banyak dan merupakan berita hangat. Jadi,            isu keperawatan komunitas adalah suatu masalah yang dikedepankan untuk ditangani             atau     desas - desus dalam ruang lingkup keperawatan komunitas.
2 Kasus
                        Senin, 15 Desember 2008 | 22:45 WIB
ENDE, SENIN - Sekitar 220 warga Desa Wolotopo, di Kecamatan Ndona, Kabupaten Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur ditemukan menderita penyakit kulit scabies atau kudis. Banyaknya kasus scabies itu ditemukan setelah digelar pengobatan
ratis kerja sama antara Puskesmas Rukun Lima, Ende dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Ende, Sabtu (13/12), pekan lalu, di aula Gereja Katolik St Fransiskus Xaverius, Desa Wolotopo.
Dalam pengobatan gratis itu tercatat warga yang memeriksakan kesehatannya sebanyak 333 orang. Umumnya wilayah Ende banyak ditemukan kasus malaria, diare, atau demam berdarah.
"Tapi di Desa Wolotopo ternyata banyak warga yang menderita scabies," kata Kepala Puskesmas Rukun Lima, Ende Heny Ratnawati, Senin (15/12), di Ende.
Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Kabupaten Ende Ellya Dewi ketika dikonfirmasi menjelaskan, kawasan Wolotopo memang banyak ditemukan kasus scabies. Relevansi munculnya kasus penyakit kulit dan diare biasanya terkait dengan ketersediaan air. Wilayah Wolotopo merupakan daerah yang sulit bagi warga setempat untuk mengakses air bersih, kata Dewi.
3 Deskripsi Kasus
Banyaknya kasus scabies itu ditemukan setelah digelar pengobatan gratis kerja sama antara Puskesmas Rukun Lima, Ende dengan
Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Ende, Sabtu (13/12), pekan lalu, di aula Gereja Katolik St Fransiskus Xaverius, Desa Wolotopo.
Dalam pengobatan gratis itu tercatat warga yang memeriksakan kesehatannya sebanyak 333 orang. Umumnya wilayah Ende banyak ditemukan kasus malaria, diare, atau demam berdarah.
4 Teori
Kudis atau Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) Sarcoptes scabiei yang dicirikan dengan adanya keropeng, kebotakan, dan kegatalan pada kulit
Sarcoptes scabiei adalah tungau dengan ciri-ciri berbentuk hampir bulat dengan 8 kaki pendek, pipih, berukuran (300–600 μ) x (250-400 μ) pada betina, dan (200- 240 μ) x (150-200 μ) pada jantan, biasanya hidup di lapisan epidermis. Permukaan dorsal dari tungau ini ditutupi oleh lipatan dan lekukan terutama bentuk garis melintang sehingga menghasilkan sejumlah skala segitiga kecil. Selain itu, pada betina terdapat bulu cambuk pada pasangan kaki ke-3 dan ke-4 sedangkan pada jantan, bulu cambuk hanya terdapat pada pasangan kaki ke-3
5 Opini
Sabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau. Tungau tersebut akan bereaksi pada mala hari, sehingga yang terkena penyakit scabies mengalami susah tidur dan akan selalu terasa gatal. Di siang hari tungau akan istirahat. Penularan tungau biasanya melalui baju, handuk, dll.















BAB III PEMBAHASAN
A.Pengertian
Pembangunan Kesehatan Adalah suatu sistem pelayanan kesehatan yangpentingdalam meningkatkan derajat kesehatan. Kebijakan sistem pelayanan kesehatantergantung dari berbagai komponen yang masuk dalam pelayanan kesehatan diantara perawat dokter atau tim kesehatan lain yang satu dengan yang lain saling menunjang.
B.Tujuan
Tujuan pembangunan kesehatan meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang.

C.Keperawatan Kesehatan Masyarakat

Adalah perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat, mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secaramenyuluh dan terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakatuntuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mandiridalam upaya kesehatannya masyarakat, terpadu, individu, keluarga.

D.Tingkat Pelayanan Kesehatan

1.Health promotion ( promosi kesehatan )Tingkat pelayanan kesehatan ini merupakan tingkat pertama dalam memberikan pelayanan melalui peningkatan kesehatan. Pelaksanaan ini bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan agar masyarakat atau sasarannya tidak terjadigangguan kesehatan. Tingkat pelayanan ini dapat meliputi, kebersihan perseorangan, perbaikan sanitasi lingkungan, pemeriksaan kesehatan berkala, penigkatan status gizi,kebiasaan hidup sehat, layanan prenatal, layanan lansia, dan semua kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan status kesehatan.
2.Specific protection ( perlindungan khusus )Perlindungan khusus ini dilakukan dalam melindungi masyarakat dari bahaya yangakan menyebabkan penurunan status kesehatan, atau bentuk perlindungan terhadap penyakit-penyakit tertentu, ancaman kesehatan, yang termasuk dalam tingkat pelayanan kesehatan ini adalah pemberian imunisasi yang digunakan untuk  perlindungan pada penyakit tertentu seperti imunisasi BCG, DPT, Hepatitis, campak dan lain-lain. Pelayanan perlindungan keselamatan kerja dimana pelayanan kesehatanyang diberikan pada seseorang yang bekerja di tempat risiko kecelakaan tinggiseperti kerja di bagian produksi bahan kimia, bentuk perlindungan khusus berupa pelayanan pemakaian alat pelindung diri dan lain sebagainya.
3.Early diagnosis and prompt treatment ( diagnosis dini dan pengobatansegera )Tingkat pelayanan kesehatan ini sudah masuk ke dalam tingkat dimulainya atautimbulnya gejala dari suatu penyakit. Tingkat pelayanan ini dilaksanakan dalammencegah meluasnya penyakit yang lebih lanjut serta dampak dari timbulnya penyakit sehingga tidak terjadi penyebaran. Bentuk tingkat pelayanan kesehatan inidapat berupa kegiatan dalam rangka survei pencarian kasus baik secara individumaupun masyarakat, survei penyaringan kasus serta pencegahan terhadap meluasnyakasus.
4.Disability limitation ( pembatasan cacat )Pembatasan kecacatan ini dilakukan untuk mencegah agar pasien atau masyarakattidak mengalami dampak kecacatan akibat penyakit yang ditimbulkan. Tingkat inidilaksanakan pada kasus atau penyakit yang memiliki potensi kecacatan. Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan dapat berupa perawatan untuk menghentikan penyakit, mencegah komplikasi lebih lanjut, pemberian segala fasilitas untuk mengatasi kecacatan dan mencegah kematian.
5.Rehabilitation ( rehabilitasi )Tingkat pelayanan ini dilaksanakan setelah pasien didiagnosis sembuh. Sering padatahap ini dijumpai pada fase pemulihan terhadap kecacatan sebagaimana programlatihan-latihan yang diberikan pada pasien, kemudian memberikan fasilitas agar  pasien memiliki keyakinan kembali atau gairah hidup kembali ke masyarakat danmasyarakat mau menerima dengan senang hati karena kesadaran yang dimilikinya.

E.Lembaga Pelayanan Kesehatan

  1. Rawat Jalan Lembaga pelayanan kesehatan ini bertujuan memberikan pelayanan kesehatan padatingkat pelaksanaan diagnosis dan pengobatan pada penyakit yang akut ataumendadak dan kronis yang dimungkinkan tidak terjadi rawat inap. Lembaga ini dapatdilaksanakan pada klinik-klinik kesehatan, seperti klinik dokter spesialis, klinik  perawatan spesialis dan lain-lain.
  2. Institusi Institusi merupakan lembaga pelayanan kesehatan yang fasilitasnya cukup dalammemberikan berbagai tingkat pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit, pusatrehabilitasi dan lain-lain.
  3. Hospice Lembaga ini bertujuan memberikan pelayanan kesehatan yang difokuskan pada klienyang sakit terminal agar lebih tenang dan dapat melewati masa-masa terminalnyadengan tenang. Lembaga ini biasanya digunakan dalam home care.
  4. Community Based AgencyMerupakan bagian dari lembaga pelayanan kesehatan yang dilakukan pada klien pada keluarganya sebagaimana pelaksanaan perawatan keluarga seperti praktek  perawat keluarga dan lain-lain.

F.Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan

  1. Primary health care ( pelayanan kesehatan tingkat pertama )Pelayanan kesehatan ini dibutuhkan atau dilaksanakan pada masyarakat yangmemiliki masalah kesehatan yang ringan atau masyarakat sehat tetapi inginmendapatkan peningkatan kesehatan agar menjadi optimal dan sejahtera sehinggasifat pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan dasar. Pelayanan kesehatan inidapat dilaksanakan oleh puskesmas atau balai kesehatan masyarakat dan lain – lain.
  2. Secondary health care ( pelayanan kesehatan tingkat kedua )Bentuk pelayanan kesehatan ini diperlukan bagi masyarakat atau klien yangmembutuhkan perawatan di rumah sakit atau rawat inap dan tidak dilaksanakan di pelayanan kesehatan utama. Pelayanan kesehatan ini dilaksanakan di rumah sakityang tersedia tenaga spesialis atau sejenisnya.
  3. Tertiary health services ( pelayanan kesehatan tingkat ketiga )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar