Rabu, 23 Januari 2013

asuhan keperawatan fhimosis


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Phimosis” dengan tepat waktu.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas Sistem Perkemihan juga dapat memberikan kami  wawasan yang luas akan pentingnya kesehatan dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Tia Amestiasih, S.Kep.,Ns, selaku dosen pengampu mata kuliah Sistem Perkemihan.
Dan seluruh pihak-pihak yang telah ikut membantu menyusun makalah ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan kami menginginkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca yang kritis demi kesempurnaan makalah ini. Dan tidak lupa juga kami mohon maaf  jika ada kesalahan dalam pembuatan makalah ini.





Yogyakarta, 17 Oktober 2012


Penyusun
 
 






DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………….                        i
KATA PENGANTAR……………………………………………………..             ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………….             iii
BAB I             PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang………………………………………….             1         
B.     Tujuan Penulisan……………………………………......             3
BAB II                        TINJAUAN TEORI
A.          Pengertian……….. …………………………………..             4         
B.           Etiologi………………………………………………..                        4
C.           Manifestasi Klinis…………..…………………………            5
D.          Pathway….………….. ………………………………             6
E.           Penatalaksanan….…………………………………….             6
F.            Prinsip Terapi dan Manajemen Keperawatan…………            7
BAB III          ASUHAN KEPERAWATAN
A.     Pengkajian…………………………………………….             11
B.     Analisa Data………. …………………………………                        20
C.     Prioritas DiagnosaKeperawatan…….………………...             22
D.     Rencana (Intervensi) Keperawatan…………………...             23
E.      Implementasi dan Evaluasi Keperawatan…………….             27
BAB IV          PEMBAHASAN
A.          Pengkajian…………………………………………….             46
B.           Diagnosa Keperawatan……………………………….             47
C.           Perencanaan…………………………………………...            48
D.          Implementasi/Pelaksanaan…………………………....             48
E.           Evaluasi……………………………………………….             49
BAB V            PENUTUP
4.1        Kesimpulan…………………………………………...             50
4.2    Saran…………………………………………………..            50                   
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LatarBelakang
Kelainan pada genitalia eksternal sangat menggangu bagi penderita terutama untuk orang tua penderita, yang secara tak sadar telah menggangu emosional mereka, baik dari segi struktur alat reproduktif ini dan mungkin juga akibat yang akan ditimbul digenerasi masa depan mereka. Pada janin laki-laki, tubercle memperbesar untuk membentuk penis lipatan genital menjadi batang dari penis dan lipatan labioscrotal memadukan untuk membentuk scrotum. Pembentukan terjadi selama 12-16 minggu kehamilan dan testicular hormon yang berperan besar dalam keadaan ini. Testosterone dan metabolite aktifnya, dihydrotestosterone, menentukan stabilisasi dan pembentukan penuh genitalia internal dan eksternal. Kelainan pada fase ini dapat menyebabkan kelainan kongenital yang dapat berpengaruh besar pada perkembangan fisik maupun psikologis dari si anak sendiri maupun orang tua mereka. Disini kami mencoba membahas tentang beberapa kelainan congenital pada alat kelamin luar pria dan penangannya.
Pada kasus fimosis pada akhir tahun pertama kehidupan, retraksi kulit prepusium kebelakang sulkus glandularishanya dapat dilakukan pada sekitar 50% anak laki-laki; hal ini meningkat menjadi 89% pada saat usia tiga tahun. Insidens fimosis adalah sebesar 8% pada usia 6 sampai 7 tahun dan 1% pada laki-laki usia 16 sampai 18 tahun. Dan pada kasus hipospsdia Angka kejadian penderita hipospadia di Indonesia belum diketahui secara pasti, tetapi dari hasil penelitian pakar kedokteran di sejumlah negara, kelainan ini terjadi pada satu dari 125 bayi laki-laki kelahiran hidup. Salah satu penyebab kelainan ini adalah karena keturunan.
Penyebabnya dari fimosis itu sendiri bisa dari bawaan dari lahir, atau didapat, misalnya karena infeksi atau benturan. Bagaimana gejalanya? Untuk menandai apakah anak memang mengalami funosis, orang tua sebaiknya mencermati beberapa gejala berikut : Kulit penis anak takbisa ditarik kearah pangkal ketika akan dibersihkan. Anak mengejan saat buang air kecil karena muara saluran kencing diujung tertutup. Biasanya ia menangis dan pada ujung penisnya tampak menggembung. Air seni yang tidak lancar, kadang-kadang menetes dan memancar dengan arah yang tidak dapat diduga. Begitu juga kasus hipospadia disebabkan factor lingkungan dan pola hidup yang kurang sehat, akibatnya marak penggunaan pestisida serta tingginya kandungan polusi di udara. Zat polutan dari pabrik, limbah dan menumpuknya sampah bisa menimbulkan hipospadia.
Upaya yang diberikan dengan tindakan sirkumsisi (sunat) adalah jaian keluarnya, apalagi jika fimosisnya menetap dan terjadi infeksi. Untuk melakukan sirkum sisi pada anak juga harus dipertimbangkan masalah pembiusannya karena akan mempengaruhi kondisi kejiwaannya kelak kemudian hari. Selain itu akan membahayakan, karena dapat melukai penisnya dan jahitan kulit penis tidak dapat dikerjakan secara sempurna.(AMA,1999)
Dari data di atas, maka kami tertarik untuk membahas kasus mengenai fimosis ini untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kelainan ini. Dengan dibahasnya fimosis ini diharapkan masyarakat memahami apa dan bagaimana fimosis itu sendiri, sehingga masyarakat tidak memandang dan mengait-ngaitkan kelainan ini dengan hal-hal yang berhubungan dengan keyakinan dan hal-hal yang berbau mistis. Seperti yang kita ketahui masyarakat Indonesia sering kali menghubung-hubungkan hal-hal yang mereka anggap tidak lazim pada hal-hal di atas. Tapi kita juga tidak bisa menyalahkan masyarat apabila mereka beranggapan seperti itu karena dilihat dari latarbelakang Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, adat, dan kepercayaan. Maka dari itu dengan dibahasnya kasus ini diharapkan masyarakat bisa lebih tebuka cara berfikir dan cara pandangnya.


B.     Tujuan
1). TujuanUmum
Setelah menyusun makalah ini diharapkan mahasiswa mengetahui gambaran umum tentang asuhan keperawatan klien khususnya pada klien dengan Phimosis dan mampu menyusun asuhan keperawatan pada kasus klien yang mengalami Phimosis.
2). Tujuan Khusus
a)   Untuk mengetahui pengertian Phimosis.
b)    Untuk mengetahui faktor penyebab Phimosis
c)    Untuk mengetahui manifestasi klinis Phimosis
d)   Untuk mengetahui penatalaksanaan pada pasienPhimosis
e)    Untuk mengetahui pengkajian keperawatan pada pasien Phimosis
f)     Untuk mengetahui diagnosa yang mungkin muncul pada pasienPhimosis
g)    Untuk mengetahui fokusintervensi pada pasien Phimosis
h)    Untuk mengetahui implementasi yang dapat dilakukan pada pasien Phimosis
i)      Untuk mengetahui evaluasi pada pasien Phimosis
j)      Untuk mengetahui dokumentasi asuhan keperawatan pada pasien Phimosis




BAB II
TINJAUAN TEORI

A.       Pengertian
Phimosis adalah prepusium penis yang tidak dapat diretraksi (ditarik) keproksimal sampai kekoronaglandis. Fimosis merupakan suatu keadaan normal yang sering ditemukan pada bayi baru lahir atau anak kecil, karena terdapat adesialamiah antara prepusium dengan glans penis. Dan biasanya pada masa pubertas akan menghilang dengan sendirinya. Pada pria yang lebihtua, fimosis bisa terjadi akibat iritasi menahun. Fimosis bisa mempengaruhi proses berkemih dan aktivitas seksual. Biasanya keadaan ini diatasi dengan melakukan penyunatan (sirkumsisi). (Johns Hopkins University Press, 1956)
Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang, dan debris yang dihasilkan oleh epitel prepusium (smegma) mengumpul di dalam prepusium dan perlahan-lahan memisahkan prepusium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara berkala membuat prepusium terdi latasi perlahan-lahan sehingga prepusium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke proksimal. Pada saat usia 3 tahun, 90% prepusium sudah dapat diretraksi.

B.     Etiologi
1.      Konginetal (fimosisfisiologis)
Fimosis kongenital (fimosisfisiologis) timbul sejak lahir sebenarnya merupakan kondisi normal pada anak-anak, bahkan sampai masa remaja. Kulit preputium selalu melekat erat pada glans penis dan tidakdapatditarik ke belakang pada saat lahir, namun seiring bertambahnya usia serta diproduksinya hormon dan faktor pertumbuhan terjadi proses keratinisasi lapisan epitel dan deskuamasi antara glans penis dan lapis glan dalam preputium sehingga akhirnya kulit preputium terpisah dari glan penis. Suatu penelitian mendapatkan bahwa hanya 4% bayi seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis pada saat lahir, namun mencapai 90% pada saat usia 3 tahun dan hanya 1% laki-laki berusia 17 tahun yang masih mengalami fimosis kongenital. Walaupun demikian, penelitian lain mendapatkan hanya 20% dan 200 anak laki-laki berusia5-13 tahun yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis.
2.   Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya, true phimosis) timbul kemudian setelah. Hal ini berkaitan dengan kebersihan hygiene) alat kelamin yang buruk, peradangan kronik glans penis dan kulit preputium (balanoposthitis kronik), atau penarikan berlebihan kulit preputium (forceful retraction) pada timosis kongenital yang akan menyebabkan pembentukkan jaringan ikat (fibrosis) dekat bagian kulit preputium yang membuka.

C.    Manifestasi Klinis
a.       Prepusium tidak bisa ditarik ke belakang
b.      Balloning yakni kulit preputium mengenbang saat berkemih karena desakan pancaran ari seni yang tidak diimbangi besarnya lubang di ujung praputium.
c.       Sakit saat berkemih
d.      Sulit kencing
e.       Pancaran kencing sedikit


D.    Pathway


E.     Penatalaksanaan
Tidak dianjurkan melakukan dilatasi atau retraksi yang dipaksakan pada fimosis, karena menimbulkan luka dan terbentuk sikatriks pada ujung prepusium sebagai fimosis sekunder. Fimosis yang disertai balanitis xerotika obliterans dapat dicoba diberikan salep Deksametasone 0,1% yang dioleskan 3 atau 4 kali. Diharapkan setelah pemberian selama 6 minggu, prepusium dapat diretraksi spontan. Pada fimosis yang menimbulkan keluhan miksi, menggelembungnya ujung prepusium pada saat miksi, atau fimosis yang disertai dengan infeksi postitis merupakan indikasi untuk dilakukan sirkumsisi. Tentunya pada balanitis atau prostitis harus diberi antibiotika dahulu sebelum sirkumsisi.


F. Prinsip Terapi dan Manajemen Keperawatan
1.      Perawatan Rutin
2.      Kebersihan penis
Penis harus dibasuh secara seksama dan bayi tidak boleh ditinggalkan berbaring dengan popok basah untuk waktu yang lama.    
3.     Phimosis dapat diterapi dengan membuat celah dorsal untuk mengurangi obstruksi terhadap aliran keluar.   
4.      Sirkumsisi
Pada pembedahan ini, kelebihan kutup diangkat. Digunakan jahitan catgut untuk mempertemukan kulit dengan mukosa dan mengikat pembuluh darah. 
5.      Perawatan Pra Bedah Rutin
6.      Perawatan Pasca Bedah
Pembedahan ini bukan tanpa komplikasi dan Observasi termasuk adanya perdarahan. Pembalut diangkat jika basah dengan urin dan lap panggul berguna untuk membersihkan penis dan mendorong terjadinya penyembuhan. Popok perlu sering diganti.
Komplikasi yang terjadi termasuk ulserasi meatus. Ini terjadi sebagai akibat amonia yang membakar epithelium glans. Untuk menimbulkan nyeri pada saat berkemih kadang-kadang adanya perkembangan perdarahan dan retensi urin. Ulserasi meatus dapat menimbulkan stenosis meatus. Hal ini dapat diterapi dengan meatotomi dan dilatasi.
7.      Bimbingan bagi orang tua.
Instruksi yang jelas harus diberikan pada  orang tua jika bayi atau anak siap untuk pulang kerumah. Ini termasuk hygiene dari daerah dan pengenalan setiap komplikasi. Mereka juga harus diberikan pedoman untuk pencegahan dermatitis amonia dan jika hal ini terjadi bagaimana untuk mengobatinya.

a.  Pengkajian
1)        Fisik
a)        Pemeriksaan genetalia
b)        Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria atau pembesaran pada ginjal.
c)        Kaji fungsi perkemihan
d)       Adanya lekukan pada ujung penis
e)        Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi
f)         Terbukanya uretra pada ventral
g)        Pengkajian setelah pembedahan : pembengkakan penis, perdarahan, dysuria, drinage.
2)        Mental
a)      Sikap pasien sewaktu diperiksa
b)      Sikap pasien dengan adanya rencana pembedahan
c)      Tingkat kecemasan
d)     Tingkat pengetahuan keluarga dan pasien

b.  Diagnosa
1)        Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pemumpukan prepusium dipunggung penis
2)        Ganguan eliminasi urin berhubungan dengan retensi urin
3)        Gangguan kecemasan berhubungan dengan penis yang abnormal
4)        Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya benjolan
5)        Resiko injuri berhubungan dengan pancaran uri yang tidak normal

c.  Intervansi
Diagnosa 1: Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pemumpukan prepusium dipunggung penis
Tujuan: dalam 1x24 jam nyeri berkurang
Kriteria hasil:
  • TTV normal
  • nyeri berkurang dalam 1x24 jam
  • wajah tidak menyeringai
  • pasien mengatakan nyeri berkurang
Intervensi:
1)      observasi skala nyeri
R/ menentukan intervensi yag tepat
2)      pantau TTV
R/ mengetahui perubahan respon tubuh pasien
3)      ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi
R/ mengurangi tingkat nyeri
4)      berikan penjelasan menngenai kondisi pasien
R/ pasien lebih kooperatif dalam tindakan keperawatan
5)      kolaborasi dengan dokter
R/ mempercepat proses penyembuhan
6)      berikan posisi yang nyaman
R/ mengurangi rasa nyeri

Diagnosa  2: Gangguan eliminasi uri berhubungan dengan retensi uri
Tujuan: dalam 1x24 jam pasien dapat BAK
Kriteria hasil:
  • TTV normal
  • dalam 1x24 jam tidak ada gangguan eliminasi uri
  • tidak terpasang kateter
Intervensi:
1)      Pantau TTV
R/ mengetahui respon tubuh pasien
2)      Jelaskan mengenai kondisi pasien
R/ agar pasien legih kooperatif
3)      Ukur intake dan output cairan
R/ monitor keseimbangan cairan
4)      Lakukan latihan pergerakan
R/ meningkatkan fungsi blader
5)      Lakukan relaksasi dalam berkemih
R/ merelaksasi pikiran dan meningkatkan kemampuan berkemih
6)      Kolaborasi dengan tim medis
R/ mempercepat proses penyembuhan

Diagnosa  3: Gangguan kecemasan berhubungan dengan penis yang abnormal
Tujuan : dalam 1x24 jam kecemasan berkurang
Kriteria hasil:
·         TTV normal
·         Wajah pasien tidak cemas
·         Dalam 1x24 jam cemas berkurang
Intervensi:
1)      pantau TTV
R/ mengetahui respon tubuh pasien
2)      berikan penjelasan tentang kondisi pasien
R/ meningkatkan kerjasama pasien
3)      berikan dukungan dan motivasi
R/ mengurangi rasa cemas
4)      lakukan pendekatan pada pasien dan keluarga
R/ agar pasien lebih kooperatif
5)      kolabirasi dengan tim medis
R/ mempercepat proses penyembuhan

d.  Implementasi
1)        Melakukan pendekatan pada px dan keluarga
2)        Mengkaji factor yang mempengaruhi kemampuan untuk mencerna makanan
3)       Memberi penjelasan pada px dan keluarga tentang pentingnya kebutuhan nutrisi bagi tubuh
4)       Berkolaborasi dengan tim medis


e.  Evaluasi
1)        Ajarkan tentang perawatan kateter dan pencegahan infeksi dengan disimulasikan.
2)        Jelaskan tanda dan gejala infeksi saluran kemih dan lapor segera ke dokter atau perawat.
3)        Jelaskan pemberian obat antibiotik dan tekankan untuk kontrol ulang (follow up).



BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS
Seorang anak laki-laki berinisial An. A berumur 3 tahun dibawa ke Rumah Sakit Respati pada tanggal 2 Oktober 2012. Ibu An. A mengatakan anaknya selalu menangis jika akan kencing karena nyeri akibat air kencing yang sulit keluar. Ibu An.A juga mengatakan bahwa An.A deman sejak 2 hari yang lalu.Saat dilakukan pemeriksaan, prepusium tidak bisa ditarik ke belakang. An. A tampak gelisah, dan sulit tidur pada malam hari karena nyeri yang dirasakannya. Terlihat adanya edema pada area kemaluan An. A. Di sekitar kemaluan klien juga tampak kemerahan. Wajah An. A tampak pucat dan An.A terlihat lemas.
Dari Pemereriksaan Fisik: BB   : 15 kg,TB   :120cm,
TTV:TD: 80/50 mmHg, N: 90x/menit, RR: 24x/menit, S: 38,5 OC. An. X diberikan terapi obat Salep Deksametasone 0,1%.



A.    Pengkajian
Nama Perawat                   : Ns. Fera
Tanggal Pengkajian           : 2 Oktober 2012
Jam Pengkajian                 : 09.00 WIB

1)      Biodata
Pasien
Nama                                       : An. A
Usia/jenis kelamin                   : 3 Tahun/Laki-laki
Agama                                     : Islam
Pendidikan                              : Belum Sekolah
Status Pernikahan                   : Belum Menikah
Alamat                                    : Jl. Sudirman 58, Bantul, Yogyakarta      
Diagnosa Medis                      : Phimosis
Jam/Tanggal Masuk RS          :09.00 / 2 Oktober 2012
No. RM                                   : 081916

Penanggung Jawab
Nama                                       : Ny. X
Usia                                         : 28 Tahun
Agama                                     : Islam
Pendidikan                              : SMK
Pekerjaan                                 : Ibu Rumah Tangga
Status Pernikahan                   : Menikah
Alamat                                    : Jl. Sudirman 58, Bantul, Yogyakarta      
Hubungan dengan Klien         : Ibu

2)      Keluhan Utama
An. A mengatakan sakit pada penisnya terutama pada prepusiumnya dan terasa nyeri saat  mau kencing.

Riwayat Kesehatan :
a.       Riwayat Penyakit Sekarang
An. A datang ke RS. Soeradji diantar oleh keluarganya pada tanggal 2 Oktober 2012 dengan keluhan nyeri saat akan kencing akibat air kencing yang sulit keluat. Ny. X mengatakan bahwa An.A sudah merasakan sakitnya sejak 3 hari yang lalu. An.A sudah dilakukan pemeriksaan fisik dan An. X diberikan terapi obat Salep Deksametasone 0,1%.
b.      Riwayat Penyakit Dahulu
Ny.X mengatakan bahwa An.A tidak mempunyai riwayat penyakit ataupun diopname di RS sebelumnya. An.A belum pernah mengalami kecelakaan ataupun dioperasi. An.A hanya memilki alergi terhadap makanan laut khususnya udang. An.A pernah diimunisasi campak, polio, BCG, DPT.
c.       Riwayat Penyakit Keluarga
Ny.X mengatakan dalam keluarganya, ayah An.A menderita penyakit Diabetes Militus sejak 3 tahun yang lalu. Sedangkan kakek klien memiliki riwayat penyakit jantung dan hipertensi. Ny.X juga mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang pernah menderita asma maupun TBC.


GENOGRAM


Keterangan :
            : Laki-laki
            : Perempuan
            : Garis keturunan
            : Garis perkawinan
           : Garis tinggal 1 rumah
            : Klien dengan Phimosis

Keluarga An.A terdiri dari kakek, nenek, ayah dan ibu. An.A merupakan anak pertama.


3)      Pengkajian Kebutuhan Dasar Klien
1.      Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit, kegiatan sehari-hari klien adalah bermain selayaknya nak berumur 3 tahun. Perawatan diri /personal hygiene An. A  dibantu ibuny. Saat sakitpun kebutuhan ADL klien tergantung dengan ibunya. Saat diarawat di rumah sakit, An.A terlihat tidak bersemangat, An.A hanya duduk di ranjang.
2.      Tidur dan Istirahat
Ny. X  mengatakan bahwa sebelum sakit, An.A  biasanya tidur  selama 11 jam di malam hari dan tidur siang selama 2 jam. Setelah dirawat di rumah sakit An.A kesulitan untuk tidur karena nyeri yang dirasakannya. An. A hanya tidur 6 jam pada malam hari dan 1 jam di siang hari. Ibu  An.A juga mengatakan bahwa An.A sering terbangun di malam hari.
3.      Kenyamanan dan Nyeri   
Ibu An.A  mengatakan anaknya tidak menangis setelah ia diberikan obat dan menangis saat nyerinya bertambah ketika ia melakukan gerak. Setelah dikaji, An.A mengatakan nyeri pada bagian penisnya.
4.      Nutrisi
Sebelum sakit kebutuhan nutrisi An.A dibantu oleh ibunya. An.A biasanya makan 3 x sehari. Berat badan An.A 15 kg. Namun, sejak An.A sakit berat badannya turun hingga 14  kg. Bapak An.A mengatakan bahwa An.A suka jika diberikan makanan ringan dan minuman bersoda. Sejak kecil An.A alergi terhadap udang. Sebelum sakit nafsu makan An.A sangat baik. Akan tetapi setelah sakit An.A susah makan, hanya menghabiskan ¼ porsi dari makanan yang di sediakan RS. An.A sering mual. An.A belum bisa memenuhi kebutuhan makannya sendiri.
5.      Cairan, elektrolit dan asam basa
Ny.X  mengatakan bahwa An.A biasanya minum air putih 1 liter sehari dan 250 cc susu. An.A juga sering minum minuman dingin. Setelah sakit An.A hanya minum  500 cc sehari. Turgor kulit klien elastis.
6.      Oksigenasi
Ny.X  mengatakan bahwa An.A tidak mempunyai riwayat penyakit sesak nafas atau sejenisnya. An.A tidak batuk ataupun mengeluarkan sputum.
7.      Eliminasi urine
Ny.X  mengatakan frekuensi berkemih An.A adalah 250 cc per hari. Warna urine An.A keruh. Adanya hematuria, selain itu diawal berkemih ada cairan eksudat yang purulen dan terasa gatal. An.A merasakan nyeri saat berkemih. An. A berkemih 2x dalam sehari. Kebutuhan pemenuhan eliminasi urine An.A dibantu oleh ibunya. An.  A tidak terpasang kateter untuk menguangi terjadinya risiko infeksi pada penis.
8.      Eliminasi fekal/bowel
Ny.X  mengatakan bahwa An.A biasanya BAB sehari sekali yaitu pada pagi hari. Warna BAB An.A coklat kekuningan dan baunya khas. Kebutuhan pemenuhan eliminasi An.A dibantu oleh ibunya. Setelah sakit ibu An.A mengatakan bahwa An.A jarang BAB, kadang-kadang hanya 2 hari sekali.
9.      Sensori, persepsi dan kognitif
Klien tidak memiliki gangguan pada sistem sensori, persepsi maupun kognitif.

4)      Pemeriksaan Fisik

a.       Keadaan Umum
Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapat hasil TTV :
      TD       : 80/50 mmHg
RR       : 24x/menit
      S          : 38,50 C
      N         : 90x/menit

P  : An. A  mengatakan bahwa nyeri pada bagian sekitar penis.
Paliative : An.A mengatakan nyerinya berkurang setelah ia diberikan obat analgetik (ketorolax).
Provokative : An.A mengatakan nyerinya bertamabh sat ia melakukan gerak
Q  : An. A   tidak kooperatif
R   : An. A  mengatakan nyeri pada  bagian penisnya.
S   : Skala nyeri : 5 (setelah dikaji dengan Skala Nyeri Baker Wong)
T  : An. A mengatakan nyerinya hilang timbul.
Wajahnya An. A tampak menahan nyeri (meringis) dan sering menangis.




Gambar. Skala Nyeri Baker Wong


b.      Kepala
Keadaan kepala An. A  tidak ditemukan kelainan yaitu tidak terdapat hematoma, lesi maupun kotor, keadaan mata tidak anemis, sklera anikterik.  Keadaan hidung, tidak ada septum dan epistaksis, telinga simetris, bersih dan pendengaran klien baik. Tidak terdapat gangguan pada mulut yang ditandai dengan: tidak terdapat caries dentis, tidak menggunakan gigi palsu dan pada bibir tidak terjadi sianosis atau stomatitis, mukosa bibir kering karena kurangnya intake cairan.
c.       Leher
Tidak ada gangguan pada leher yang ditandai dengan; tidak terdapat pembesaran tiroid, tidak ada pelebaran JVP dan lesi. Tidak ada gangguan pada Tenggorokan yang ditandai dengan tidak terdapat pembesaran tonsil dan hiperemis.
d.      Dada
I: Pada inspeksi, pada dada tidak lesi,  oedema ataupun kemerahan.
P: Pada saat palpasi dada dan paru tidak ada pembesaran jantung dan rongga dada.
P: Pada saat perkusi, tidak ada udara, cairan atau masa padat.
A: Pada pemeriksaan auskultasi bunyi dada kanan dan kiri vasikuler.
e.       Abdomen
I: Pada saat inspeksi, kulit abdomen tidak sikatrik, tidak terdapat benjolan ataupun lesi.
A: Pada saat auskultasi, peristaltic usus 16x/menit
P: Pada palpasi tidak ada hepatomogali dan nyeri tekan.
P: Pada perkusi timpani tidak ada hypertimpani atau pekak
f.       Genetalia
Klien mengalami phimosis, prepusium tidak bisa ditarik. Tidak terdapat hypospadia, epispadia, hernia, hydrocell dan tumor.
g.      Rektum
Keadaan rektum normal tidak ada hemoroid, prolaps maupun tumor.
h.      Ekstrimitas atas dan ekstrimitas bawah
Lengan kanan tidak terpasang infuse.


5)      Psiko Sosio Budaya dan Spiritual
Psikologis :
An.A belum mengerti tentang penyakitnya. An.A  merasa tak nyaman dengan penyakitnya ditandai dengan seringnya An.A menangis. Ny.X  mengatakan An.A sering menangis karena nyeri dan sakit. An.A mendapat dukungan dan bantuan dari keluarga khususnya dari ibunya. Saat di rumah sakit klien tampak tidak tenang dan sering menangis, selalu mengeluh ingin pulang.
Sosial :
An.A sehari-harinya bermain dan diasuh oleh ibunya. Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai An.A adalah banyaknya pemulung yang sering mencari sampah di depan rumahnya. Pada saat di rumah sakit An.A tidak terlihat kooperatif, An.A hanya diam di tempat tidur karena sakit yang dirasakannya sehingga An.A merasa kurang nyaman dengan kondisinya.
Budaya :
Suku bangsa An.A adalah Sunda. Sedangkan kebudayaan yang diikuti An.A adalah budaya Jawa. Ada beberapa kebudayaan An.A yang merugikan kesehatannya. Salah satunya yaitu adanya kebiasaan dalam keluarganya makan makanan serba manis.
Spiritual :
An.A belum mengerti tentang ibadah. Ibu An.A mengatakan bahwa An.A senang jika diajak mengikuti pengajian di kelurahan. An.A belum mengerti dengan penyakit  yang sedang dialaminya. Namun saat di rumah sakit An.a terlihat diam dan tidak bersemangat.


6)      Pemeriksaaaan Penunjang
a.       Hasil labolatorium
Parameter
Hasil
Satuan
Nilai normal
interpretasi
Darah Lengkap
Hb
AL (angka leukosit)
AE (angka eritrosit)
AT (angka trombosit)
HMT
Albumin
Natrium
Kalium
Klorida


13,1
13,5
5,20
402
41,4
3,5
132,0
3,5
98,3


13-17
4-11
4,5-5,5
150-450
42-52
3,5-5,5
135-148
3,5-5,3
98-107

Normal
Naik
Normal
Normal
Turun
Normal
Normal
Normal
Normal


b.      Analisa Urine : terdapat leukosit, eritrosit dan PH meningkat (4,7)

7)      Terapi Medis
Saat di UGD An. A dilakukan pemeriksaan fisik dan diberikan terapi obat:
            Obat Salep Deksametasone 0,1%.


B.     Analisa Data
Nama Klien     : An. A                                                No. Register    : 081916
Umur               : 3 tahun                                  Diagnosa Medis: Phimosis
Ruang Rawat  : Anggrek                                Alamat                        : Jl. Sudirman 58, Bantul,
                                                                                                            Yogyakarta   

TGL/JAM
DATA FOKUS
ETIOLOGI
PROBLEM
2-10-12/
09.10
DS :
1.      Ny. X mengatakan anaknya sudah 2 hari merasakan sakit perut bagian bawah dan mual.
2.      An.A selalu menangis saat mau kencing (BAK)
3.      Ibu An.A mengatakan bahwa anaknya sering menangis dan tampak gelisah, dan sulit tidur pada malam hari
4.      P  : An. A  mengatakan bahwa nyeri pada bagian sekitar penis.
Paliative : An.A mengatakan nyerinya berkurang setelah ia diberikan obat analgetik (ketorolax).
Provokative : An.A mengatakan nyerinya bertamabh sat ia melakukan gerak
Q  : An. A   tidak kooperatif
R   : An. A  mengatakan nyeri pada  bagian penisnya.
S   : Skala nyeri : 5 (setelah dikaji dengan Skala Nyeri Baker Wong)
T  : An. A mengatakan nyerinya hilang timbul.



5.      DO :
1.       An. A Tampak menahan nyeri (meringis) dan terkadang menangis
2.      Saat dilakukan pemeriksaan, prepusium tidak bisa ditarik ke belakang Skala nyeri 6
3.      TTV :
S = 38,80C
RR = 24x/mnt
N = 90x/mnt
Agen Cedera Biologis
Nyeri Akut

DS :
1.      Ibu An.A mengataan bahwa An.a selalu menangis jika akan kencing karena nyeri akibat air kencing yang sulit keluar.
2.      Ibu An. A mengatakan bahwa anaknya berkemih 2x dalam sehari.
DO :
1.      An. A sulit untuk berkemih.
2.      Warna urine An.A keruh
Obstruksi Anatomik
Gangguan Eliminasi Urine

DS :
1.      Ibu An.A mengatakan bahwa An.A mengalami deman sejak 2 hari yang lalu.
DO :
1.      Wajah An.A terlihat pucat dn lemas.
2.      S= 38,50C.
Penyakit
Hipertermia

DS :
1.      Ibu An.A mengatakan bahwa An.A hanya tidur 6 jam tiap malam dan 1 jam di siang hari
2.      Ibu An.A mengatakan bahwa anaknya sering terbangun pada malam hari
DO :
1.      Mata An.A terlihat cekung.
2.      Wajah An. A tampak pucat.
3.      An.A terlihat lemas.
Kurang Privasi
Gangguan Pola Tidur

DS :
1.      Ibu An. A mengatakan anaknya selalu menangis jika akan kencing karena nyeri akibat air kencing yang sulit keluar
DO :
1.      Prepusium tidak bisa ditarik ke belakang.
2.      Terlihat adanya edema pada area kemaluan An. A. Di sekitar kemaluan klien juga tampak kemerahan.
3.      Adanya cairan eksudat yang purulen pada urine klien.
Pertahanan Tubuh primer yang tidak adekuat (destruksi jaringan)
Risiko Infeksi
      

C.    Prioritas Diagnosa Keperawatan
1.      Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Cidera Biologis
2.      Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan Obstruksi Anatomik
3.      Hipertermi berhubungan dengan Penyakit
4.      Gangguan Pola Tidur behubungan dengan Kurang Privasi
5.      Risiko Infeksi berhubungan dengan Pertahanan Tubuh Primer yang Tidak Adekuat (destruksi jaringan)




D.    Rencana (Intervensi) Keperawatan

RENCANA TINDAKAN

Nama Klien     : An. A                                                                                                No. Register                : 081916
Umur               : 3 tahun                                                                                  Diagnosa Medis          : Phimosis
Ruang Rawat  : Anggrek                                                                                Alamat                                    : Jl. Sudirman 58, Bantul,
                                                                                                                                                               Yogyakarta          
No.
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan &
Kriteria Hasil
Intervensi
Nama/
TTD
1.
Nyeri Akut b.d Agen Cedera Biologis
Setelah dilakuakn tindakan keperawatan kepada klien selama 3x24 jam nyeri dapat terkontrol dengan kriteria hasil sebagai berikut :
1.      Tingkat nyeri berkurang dibuktikan dengan indicator sangat nyeri menjadi ringan (Skala 5 menjadi skala 1)
2.      Wajah Klien tidak tegang
3.      Klien tidak gelisah
4.      Menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan analgesik dan nonanalgesik secara tepat.
5.      Menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan
6.      TTV dalam batas normal (TD= 80-120 mmHG, N=90-100x/mnt, S= 36,5-37,50C)
Tindakan yang dapat dilakukan agar tujuan tercapai antara lain :
1.      Kaji tanda-tanda vital klien
2.      Kaji nyeri secara komprehensif.
3.      Beri posisi nyaman.
4.      Ajarkan  klien cara-cara mengatasi nyeri dengan teknik relaksasi
5.      Anjurkan minum 8-10 gelas per hari.
6.      Kolaborasi pemberian obat analgetik.
(ketorolac dengan dosis 0,5 mg/Kg BB)












Fera
2.
Gangguan Eliminasi Urine b.d Obstruksi Anatomik

Setelah dilakuakn tindakan keperawatan kepada klien selama 3x24 jam, urine dapat keluar dengan normal dengan kriteria hasil sebagai berikut :
1.      Klien tidak mengeluh/menangis saat mau BAK.
2.      Klien dapat BAK dengan lancar.
3.      Tidak ada tanda klien menahan nyeri.

Tindakan yang dapat dilakukan agar tujuan tercapai antara lain :
1.      Pantau TTV klien
2.      Kaji tanda dan gejala retensi urine.
3.      Monitor intake dan output urine klien.
4.      Catat warna, konsistensi dan jumlah urine klien.
5.      Catat waktu pengeluaran urine terakhir.
6.      Ajarkan keluarga pasien cara toileting dan perawatan perinial yang benar.
7.      Kolaborasi pemberian antibiotic dan tindakan sirkumsisi.
Fera
3.
Hipertermia b.d Penyakit
Setelah dilakukan tindakan keprawatan selama 3 x 24 jam kepada klien, suhu tubuh klien dalam batas normal atau klien menunjukan termoregulasi dengan kriteria hasil sebagai berikut :
1.      Suhu tubuh dalam batas normal (36,50C-37,50C).
2.      An.A tidak demam
3.      Vital sign  nadi : 80x /menit, suhu : 36,50C-37,50C 0 C, RR : 20-30  x/menit.
Tindakan yang dapat dilakukan agar tujuan tercapai antara lain :
1.      Pantau TTV klien 2 jam sekali.
2.      Lakukan kompres hangat basah.
3.      Anjurkan klien untuk minum air 8-10 gelas per hari.
4.      Anjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.
5.      Kolaborasi pemberian antipiretik paracetamol.
Fera
4.
Gangguan Pola Tidur b.d Kurang Privasi
Setelah dilakuakn tindakan keperawatan kepada klien selama 3x24 jam, klien dapat tidur dengan nyaman dengan kriteria hasil sebagai berikut :
1.      Jumlah jam tidur dalam batas normal (10 jam sehari).
2.      Perasaan fresh sesudah tidur/istirahat.
3.      Pola tidur klien teratur.
4.      Klien dapat tidur di tempat yang nyaman.
5.      Klien dapat tidur sepanjang malam dengan konsisten.
Tindakan yang dapat dilakukan agar tujuan tercapai antara lain :
1.      Ciptakan lingkungan yang nyaman.
2.      Anjurkan klien mengatur jadwal tidur
3.      Batasi pengunjung anjurkan membuat jadwal kunjungan.
4.      Berikan bantal dan posisikan tubuh klien agar nyaman.
5.      Kolaborasi pemberian obat tidur. (Dexamethasone 0,3 mg/kg BB)
Fera
5.
Risiko Infeksi b.d Pertahanan Tubuh Primer yang Tidak Adekuat (Destruksi Jaringan)
Setelah dilakuakn tindakan keperawatan kepada klien selama 3x24 jam, klien tidak menunjukkan tanda dan gejala infeksi dengan kriteria hasil sebagai berikut :
1.      Klien dapat berkemih dengan normal.
2.      Klien tidak merasakan nyeri saat berkemih.
3.      Klien dan keluarga tahu perineal hygiene yang benar.
Tindakan yang dapat dilakukan agar tujuan tercapai antara lain :
1.      Pantau cara klien dan keluarga perineal hygiene.
2.      Jaga agar daerah perineum tetap bersih dan tidak lembab.
3.      Ajarkan klien dn keluarga cara perineal yang benar.
4.      Anjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.
5.      Kolaborasi pemberian antibiotic.
Fera



E.     Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien     : An. A                                                                                                            No. Register    : 081916
Umur               : 3 tahun                                                                                              Diagnosa Medis: Phimosis
Ruang Rawat  : Anggrek                                                                                            Alamat                        : Jl. Sudirman 58, Bantul,
                                                                                                                                                               Yogyakarta       

Hari Pertama
No Dx
Tanggal
Jam
Implementasi
Evaluasi
Nama/
TTD
Nyeri akut b.d Agen Cedera Biologis
02-10-2012
09.15






09.20








09.25







09.30
1. Mengkaji tanda tanda vital klien.
     S : ibu klien mengatakan anaknya sering menangis karena nyeri pada perut bagian bawah.
     O : N=90x/mnt, S=38,50C, RR=24x/mnt
2.      Mengkaji nyeri secara komprehensif.
      S : Klien memberikan tanda nyerinya berada pada skala nyeri 5.
      O : Klien masih tampak menahan nyeri.
3.      Memberikan posisi yang nyaman pada klien
S: Ibu klien mengatakan bahwa ananknya terlihat tidak nyaman dengan posisi yang sekarang.
O: Klien tampak tidak nyaman.
4.      Mengajarkan klien cara-cara mengatasi nyeri dengan teknik relaksasi
S: -
O: Klien tampak tidak tenang.
5.      Menganjurkan klien minum 2 liter per hari.
S:-
O: Bibir klien terlihat kering.
6.      Memberikan klien obat ketorolax dengan dosis  0,5 mg/kg/BB
       S : Ibu klien menanyakan tujuan pemberian obat tersebut.
      O : Klien  kesulitan minum obat.
02-10-2012/14.00
S :
1.      Bapak klien mengatakan bahwa klien masih mengeluh nyeri pada perut bagian bawah.
2.      Ibu klien megatakan bahwa klien terkadang tidak mau minum obat.
O :
1.      N=90x/mnt, S=38,50C, RR=24x/mnt
2.      Klien tampak menahan nyeri.
3.      Skala nyeri 5
A : Tujuan belum tercapai.
P : Intervensi dilanjutkan.
1.      Pantau TTV Klien.
2.      Kaji nyeri klien secara komprehensif.
3.      Beri posisi nyaman.
4.      Ajarkan  klien cara-cara mengatasi nyeri dengan teknik relaksasi
5.      Anjurkan minum 8-10 gelas per hari.
6.      Kolaborasi pemberian obat analgetik.
(ketorolac dengan dosis 0,5 mg/Kg BB)



Fera
Gangguan Eliminasi Urine b.d Obstruksi Anatomik
02-10-2012
09.20



09.25





09.30







09.35




09.45
1.       Mengukur  TTV klien
S: -
O: N=90x/mnt, S=38,50C, RR=24x/mnt
2.       Mengkaji tanda dan gejala retensi urine.
S: Ibu An.A mengatakan anaknya masih sulit berkemih.
O: Urine An.A tampak keruh dan sedikit.
3.       Menghitung intake dan output urine klien.
S: Ibu An.A mengatakan bahwa anknya minum 4 gelas (800 cc) dalam sehari dan An.A kencing 2x sehari.
O: Urine An.A tampak keruh dan sedikit.
4.       Mencatat warna, konsistensi jumlah urine klien.
S:-
O: Warna urine tampak keruh dan jumlahnya 250 cc
5.       Memberikan obat antibiotic
02-10-2012/14.00
S :
1.      Ibu klien mengatakn bahwa klien masih menangis saat BAK.
O :
1.      Klien menunjukkan tanda menahan nyeri (meringis).
A : Tujuan belum tercapai.
P : Intervensi dilanjutkan.
1.      Pantau TTV klien
2.      Kaji tanda dan gejala retensi urine.
3.      Monitor intake dan output urine klien.
4.      Catat warna,konsistensi dan jumlah urine klien.
5.      Catat waktu pengeluaran urine terakhir.
6.      Ajarkan keluarga pasien cara toileting dan perawatan perinial yang benar.
7.      Kolaborasi pemberian antibiotic dan tindakan sirkumsisi.
Fera
Hipertermia b.d Penyakit
02-10-2012
09.15





09.20






09.25





09.30



09.40

1. Mengukur tanda-tanda vital klien.
       S :-.
      O : N=90x/mnt, S=38,50C,      RR=24x/mnt
2.Melakukan kompres hangat basah.
      S : Bapak klien mengatakan bahwa klien sering mengeluh badanya panas..
       O : Klien tampak lemas, pucat badan teraba hangat., S=38,50C
3.Menganjurkan klien untuk minum 2 liter per hari.
      S : Ibu klien mengatakan klien terkadang tidak mau minum.
      O : Klien terlihat  pucat dan lemas.
4.      Menganjurkan klien untuk meningkatkan isirahat.
S: Klien mengatakan sulit tidur.
O: Mata klien tampak cekung.
5.      Memberikan klien obat antipiretik paracetamol.
      S : Ibu klien menanyakan tujuan pemberian obat tersebut.
     O: Klien mau minum obat.
02-10-2012/14.00
1.      Ibu klien mengatakan klien masih demam.
2.      Ibu klien mengatakan klien bahwa klien minum ½ liter per hari.
O :
1.      Klien tampak lemas,dan pucat
2.      Badan klien teraba hangat.
3.      Klien mau minum obat secara rutin.
4.      S=38,50C
A : Tujuan belum tercapai.
P : Intervensi dilnjutkan.
1.      Pantau TTV klien.
2.      Lakukan kompres hangat basah.
3.      Anjurkan klien minum air 2 liter per hari.
4.      Anjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.
5.      Berikan klien obat antipiretik paracetamol

Gangguan Pola Tidur b.d Kurang Privasi
02-10-2012
09.15






09.20




09.25



09.30



09.40

1.       Ciptakan lingkungan yang nyaman.
S: Ibu An.A mengatakan bahwa anaknya sering menangis.
O: An. A tampak terjaga saat tidur.
2.       Anjurkan klien mengatur jadwal tidur.
S: Ibu klien mengatakan mengerti.
O: Ibu tampak mengerti.
3.       Batasi pengunjung anjurkan membuat jadwal kunjungan.
S: -
O: Ibu An.A mengangguk.
4.       Berikan bantal dan posisikan tubuh klien agar nyaman.
S: -
O: An.A tampak gelisah.
5.       Kolaborasi pemberian obat tidur. (Dexamethasone 0,3 mg/kg BB)
S:Ibu An.A mengatakan anaknya sulit minum obat.
O: An.A menangis.
02-10-2012/14.00
S :
1.      Klien sering terbangun pada malam hari.
2.      Klien mengatakan kurang nyaman saat bangun.
O:
1.      Klien tidur 5 jam sehari.
2.      Mata klien terlihat cekung karena kurang tidur.
3.      Wajah klien terlihat pucat.
A: Tujuan belum tercapai.
P: Intervensi dilanjutkan.
1.      Ciptakan lingkungan yang nyaman.
2.      Anjurkan klien mengatur jadwal tidur
3.      Batasi pengunjung anjurkan membuat jadwal kunjungan.
4.      Berikan bantal dan posisikan tubuh klien agar nyaman.
5.      Kolaborasi pemberian obat tidur. (Dexamethasone 0,3 mg/kg BB)
Fera
Risiko Infeksi b.d Pertahanan Tubuh Primer yang Tidak Adekuat (Destruksi Jaringan)
02-10-2012
09.15





09.20







09.25







09.30



09.40

1.      Memantau cara klien dan keluarga tentang perineal hygiene.
S: Ibu klien mengatakan belum tahu tentang perineal hygiene.
O: Terdapat cairn eksudat yang purulen pada proposiun klien.
2.      Menjaga agar daerah perineum tetap bersih dan tidak lembab dengan penis hygiene yang benar.
S: -
O: Preposium klien lembab.
3.      Menngajarkan klien dan keluarga cara perawatan perineal yang benar.
S: Ibu klien mengatakan mengerti dengan ajaran perawat.
O: Keluan klien masik terdapat cairan eksudat.
4.      Menganjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.
S:Ibu klien mengatakan bahwa klien sering terbangun pada malam hari.
O: Wajah klien tampak pucat.
5.      Memberikan obat antibiotic.
S: Ibu menanyakan tujuan pemberian obat.
O: Klien menangis saat diberikan obat.
02-10-2012/14.00
S:
1.      Ibu klien mengatakan bahwa klien masih sulit BAK.
2.      Ibu klien mengatakan masih belum mengerti bagaimana perawatan perineal yang benar.
O:
1.      Klien menangis saat mau BAK.
2.      Wajah klien meringis menahan nyeri.
A: Tujuan belum tercapai
P: Intervensi dilanjutkan
1.      Pantau cara klien dan keluarga perineal hygiene.
2.      Jaga agar daerah perineum tetap bersih dan tidak lembab.
3.      Anjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.
4.      Kolaborasi pemberian antibiotic.

Fera

Hari Kedua
No Dx
Tanggal
Jam
Implementasi
Evaluasi
Nama/
TTD
Nyeri akut b.d Agen Cedera Biologis
03-10-2012
07.15





07.20






07.25




07.30





07.40



08.00
1. Mengkaji tanda tanda vital klien.
     S : ibu klien mengatakan anaknya sering menangis karena nyeri pada perut bagian bawah.
     O : N=85x/mnt, S=380C, RR=22x/mnt
2.      Mengkaji nyeri secara komprehensif.
      S : Klien memberikan tanda nyerinya berada pada skala nyeri 4.
      O : Klien masih tampak menahan nyeri.
3.      Memberikan posisi yang nyaman pada klien
S: -
O: Klien masih tampak kurang nyaman.
4.      Mengajarkan klien cara-cara mengatasi nyeri dengan teknik relaksasi
S: Ibu klienmengatakan anaknya masih sering menangis.
O: Klien tampak kurang tenang.
5.      Menganjurkan klien minum 2 liter per hari.
S:-
O: Bibir klien terlihat kering.
6.      Memberikan klien obat ketorolax dengan dosis  0,5 mg/kg/BB
       S : Ibu klien menanyakan tujuan pemberian obat tersebut.
      O : Klien tidak kesulitan minum obat.
03-10-2012/14.00
S :
1.      Ibu klien mengatakan bahwa klien masih mengeluh nyeri pada perut bagian bawah.
2.      Ibu klien megatakan bahwa klien sudah mau minum obat.
O :
1.      N=85x/mnt, S=380C, RR=22x/mnt
2.      Klien tampak menahan nyeri.
3.      Skala nyeri 4
A : Tujuan belum tercapai.
P : Intervensi dilanjutkan.
1.      Pantau TTV Klien.
2.      Kaji nyeri klien secara komprehensif.
3.      Beri posisi nyaman.
4.      Ajarkan  klien cara-cara mengatasi nyeri dengan teknik relaksasi
5.      Anjurkan minum 8-10 gelas per hari.
6.      Kolaborasi pemberian obat analgetik.
(ketorolac dengan dosis 0,5 mg/Kg BB)



Fera
Gangguan Eliminasi Urine b.d Obstruksi Anatomik
03-10-2012
07.15



07.20





07.25







07.30




07.40
1.      Mengukur  TTV klien
S: -
O: N=85x/mnt, S=380C, RR=22x/mnt
2.      Mengkaji tanda dan gejala retensi urine.
S: Ibu An.A mengatakan anaknya masih sulit berkemih.
O: Urine An.A masih tampak keruh dan sedikit.
3.      Menghitung intake dan output urine klien.
S: Ibu An.A mengatakan bahwa anknya minum 4 gelas (800 cc) dalam sehari dan An.A kencing 3x sehari.
O: Urine An.A tampak keruh dan sedikit.
4.      Mencatat warna, konsistensi jumlah urine klien.
S:-
O: Warna urine tampak keruh dan jumlahnya 280 cc
5.      Memberikan obat antibiotic
03-10-2012/14.00
S :
1.      Ibu klien mengatakn bahwa klien masih menangis saat BAK.
O :
1.      Klien menunjukkan tanda menahan nyeri (meringis).
A : Tujuan belum tercapai.
P : Intervensi dilanjutkan.
1.      Pantau TTV klien
2.      Kaji tanda dan gejala retensi urine.
3.      Monitor intake dan output urine klien.
4.      Catat warna,konsistensi dan jumlah urine klien.
5.      Kolaborasi pemberian antibiotic.








                                             
Fera
Hipertermia b.d Penyakit
02-10_2012
07.15





07.20






07.25





07.30



07.40

1. Mengukur tanda-tanda vital klien.
       S :.
      O : N=85x/mnt, S=380C,      RR=22x/mnt
2.Melakukan kompres hangat basah.
      S : Bapak klien mengatakan bahwa klien sering mengeluh kepanasan.
       O : Klien tampak lemas, dan pucat. 38,50C
3.Menganjurkan klien untuk minum 2 liter per hari.
      S : Ibu klien mengatakan klien sulit untuk minum.
      O : Klien terlihat  pucat, dan  bibirnya kering.
4.      Menganjurkan klien untuk meningkatkan isirahat
S: Ibu klien mengatakkn bahwa ananknya sering menangis pda malam hari.
O: Klien terlihat lemas dan pucat
5.      Memberikan klien obat antipiretik paracetamol.
      S : Ibu klien menanyakan tujuan pemberian obat tersebut.
     O: Klien mau minum obat.
03-10-2012/14.00
S :
1.      Klien mengeluh kepanasan.
2.      Ibu klien mengatakan klien bahwa klien minum 3/4 liter per hari.
3.      Bapak klien mengatakan klien tidur 9 jam di malam hari dan 1 jam pada siang hari.
O :
1.      Klien tampak lemas, pucat, bibirnya kering.
2.      Klien mau minum obat secara rutin
3.      37,50C.
A : Tujuan belum tercapai.
P : Intervensi dilnjutkan.
1.      Pantau TTV klien.
2.      Lakukan kompres hangat basah.
3.      Anjurkan klien minum air 2 liter per hari.
4.      Anjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.
5.      Berikan klien obat paracetamol.

Fera
Gangguan Pola Tidur b.d Kurang Privasi
02-10-2012
09.15
1.      Ciptakan lingkungan yang nyaman.
S: Ibu An.A mengatakan bahwa anaknya sering menangis.
O: An. A tampak terjaga saat tidur.
2.      Anjurkan klien mengatur jadwal tidur.
S: Ibu klien mengatakan mengerti.
O: Ibu tampak mengerti.
3.      Batasi pengunjung anjurkan membuat jadwal kunjungan.
S: -
O: Ibu An.A mengangguk.
4.      Berikan bantal dan posisikan tubuh klien agar nyaman.
S: -
O: An.A tampak gelisah.
5.      Kolaborasi pemberian obat tidur. (Dexamethasone 0,3 mg/kg BB)
S:Ibu An.A mengatakan anaknya mauminum obat.
O: An.A menangis.
02-10-2012/14.00
S :
1.      Klien masih sering terbangun pada malam hari.
2.      Ibu klien mengatakan anaknya masih menangis saat terbangun
O:
1.      Klien tidur 8 jam sehari.
2.      Mata klien terlihat cekung karena kurang tidur.
3.      Wajah klien masih terlihat pucat.
A: Tujuan belum tercapai.
P: Intervensi dilanjutkan.
1.      Ciptakan lingkungan yang nyaman.
2.      Anjurkan klien mengatur jadwal tidur
3.      Batasi pengunjung anjurkan membuat jadwal kunjungan.
4.      Berikan bantal dan posisikan tubuh klien agar nyaman.
5.      Kolaborasi pemberian obat tidur.
(Dexamethasone 0,3 mg/kg BB)






                     
Fera
Risiko Infeksi b.d pertahanan Tubuh Primer yang tidak adekuat.
03-10-2012
07.15







07.20







07.25






07.30




1.      Memantau cara klien dan keluarga tentang perineal hygiene.
S: Ibu klien mengatakan sudah melakukan personal hygiene terhadap anaknya.
O: Preposiun klien tampak lebih bersih dari sebelumnya.
2.      Menjaga agar daerah perineum tetap bersih dan tidak lembab dengan penis hygiene yang benar.
S: -
O: Preposiun klien masih lembab.
3.      Ajarkan klien dan keluarga cara perawatan perineal yang benar.
S: Ibu klien mengatakan mengerti perkataan perawat.
O:Ibu klien terliht melakukan yang diajarkan perawat.
4.      Menganjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.
S:Ibu klien mengatakan bahwa klien tidur 8 jam sehari.
O: Mata klien terlihat masih cekung.
5.      Memberikan obat antibiotic.
S: -
O: Klien masih menangis saat diberikan obat.
03-10-2012/14.00
S:
1.      Ibu klien mengatakan bahwa klien masih sulit BAK.
2.      Ibu klien mengatakan mengerti bagaimana perawatan perineal yang benar.
O:
1.      Klien menangis saat mau BAK.
2.      Wajah klien meringis menahan nyeri.
3.      Klien BAK 2x sehari.
A: Tujuan belum tercapai
P: Intervensi dilanjutkan
1.      Pantau cara klien dan keluarga perineal hygiene.
2.      Jaga agar daerah perineum tetap bersih dan tidak lembab.
3.      Anjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.
4.      Kolaborasi pemberian antibiotic.

Fera

Hari Ketiga
No Dx
Tanggal
Jam
Implementasi
Evaluasi
Nama/
TTD
Nyeri akut b.d Agen Cedera Biologis
04-10-2012
07.15





07.20






07.25




07.30





07.40



07.45



1. Mengkaji tanda tanda vital klien.
     S : ibu klien mengatakan anaknya sering menangis karena nyeri pada perut bagian bawah.
     O : N=80x/mnt, S=37,50C, RR=22x/mnt
2.      Mengkaji nyeri secara komprehensif.
      S : Klien memberikan tanda nyerinya berada pada skala nyeri sedang(3).
      O : Klien masih tampak menahan nyeri.
3.      Memberikan posisi yang nyaman pada klien
S: -
O: Klien masih tampak kurang nyaman.
4.      Mengajarkan klien cara-cara mengatasi nyeri dengan teknik relaksasi
S: Ibu klienmengatakan anaknya masih sering menangis.
O: Klien tampak kurang tenang.
5.      Menganjurkan klien minum 2 liter per hari.
S:-
O: Bibir klien terlihat kering.
6.      Memberikan klien obat ketorolax dengan dosis  0,5 mg/kg/BB
       S : Ibu klien menanyakan tujuan pemberian obat tersebut.
      O : Klien tidak kesulitan minum obat.
04-10-2012/14.00
S :
1.      Ibu klien mengatakan bahwa klien masih mengeluh nyeri pada perut bagian bawah.
2.      Ibu klien megatakan bahwa klien sudah mau minum obat.
O :
1.      N=80x/mnt, S=37,50C, RR=22x/mnt
2.      Klien masih tampak menahan nyeri.
3.      Skala nyeri 3
A : Tujuan belum tercapai.
P : Intervensi dilanjutkan.
1.      Pantau TTV Klien.
2.      Kaji nyeri klien secara komprehensif.
3.      Beri posisi nyaman.
4.      Ajarkan  klien cara-cara mengatasi nyeri dengan teknik relaksasi
5.      Anjurkan minum 8-10 gelas per hari.
6.      Kolaborasi pemberian obat analgetik.
(ketorolac dengan dosis 0,5 mg/Kg BB)



Fera
Gangguan Eliminasi Urine b.d Obstruksi Anatomik
03-10-2012
07.15



07.20





07.25







07.30




07.40

1.      Mengukur  TTV klien
S: -
O: N=80x/mnt, S=37,50C, RR=22x/mnt
2.      Mengkaji tanda dan gejala retensi urine.
S: Ibu An.A mengatakan anaknya masih sulit berkemih.
O: Urine An.A masih tampak keruh dan sedikit.
3.      Menghitung intake dan output urine klien.
S: Ibu An.A mengatakan bahwa anknya minum 5gelas (1000 cc) dalam sehari dan An.A kencing 4x sehari.
O: Urine An.A sedikit llebih jernih
4.      Mencatat warna, konsistensi jumlah urine klien.
S:-
O: Warna urine sedikit lebih jernih  dan jumlahnya 300 cc
5.      Memberikan obat antibiotic
03-10-2012/14.00
S :
1.      Ibu klien mengatakn bahwa klien masih menangis saat BAK.
O :
1.      Klien menunjukkan tanda menahan nyeri (meringis).
A : Tujuan belum tercapai.
P : Intervensi dilanjutkan.
1.      Pantau TTV klien
2.      Kaji tanda dan gejala retensi urine.
3.      Monitor intake dan output urine klien.
4.      Catat warna,konsistensi dan jumlah urine klien.
5.      Kolaborasi pemberian antibiotic.
Fera
Hipertermia b.d Penyakit
04-10-2012
07.15



07.20





07.25




07.30





07.40

1. Mengukur tanda-tanda vital klien.
S :-.
O : N=80x/mnt, S=37,50C, RR=22x/mnt
2. Melakukan kompres hangat basah.
S : Bapak klien mengatakan bahwa klien dapat tidur dengan nyenyak.
 O : Klien tidak tampak pucat.
3. Menganjurkan klien untuk minum 2 liter per hari.
S : Ibu klien mengatakan klien tidak sulit menelan.
O : Bibir klien tampak lembab.
4.      Menganjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.
S : Bapak klien mengatakan bahwa klien tidur 10 jam pada malam hari dan 1 jam di siang hari.
O : Klien tidak tampak lemas.
5.      Memberikan klien obat paracetamol.
S : Klien tidak mengelu kepanasan.
O: Klien mau minum obat secara rutin.
04-10-2012/14.10
S :
1.      Klien tidak mengeluh kepanasan.
2.      Ibu klien mengatakan klien bahwa klien minum 2  liter per hari.
3.      Bapak klien mengatakan klien tidur 10 jam di malam hari dan 1 jam pada siang hari.
O :
1.      Klien tidak tampak lemas dan pucat.
2.      Klien mau minum obat secara rutin.
A : Tujuan belum tercapai.
P : Intervensi dipertahankan.
1.      Pantau TTV klien.
2.      Anjurkan klien minum air 2 liter per hari.
3.      Anjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.


Fera
Gangguan Pola Tidur b.d Kurang Privasi
04-10-2012
07.15






07.20




07.25



07.30



07.40

1.      Ciptakan lingkungan yang nyaman.
S: Ibu An.A mengatakan bahwa anaknya sering menangis.
O: An. A tampak terjaga saat tidur.
2.      Anjurkan klien mengatur jadwal tidur.
S: Ibu klien mengatakan mengerti.
O: Ibu tampak mengerti.
3.      Batasi pengunjung anjurkan membuat jadwal kunjungan.
S: -
O: Ibu An.A mengangguk.
4.      Berikan bantal dan posisikan tubuh klien agar nyaman.
S: -
O: An.A tampak lebih nyaman.
5.      Kolaborasi pemberian obat tidur. (Dexamethasone 0,3 mg/kg BB)
S:Ibu An.A mengatakan anaknya mauminum obat.
O: An.A tampak tenang.
04-10-2012/14.00
S :
1.      Klien masih sering terbangun pada malam hari.
2.      Ibu klien mengatakan anaknya masih menangis saat terbangun
O:
1.      Klien tidur 9 jam sehari.
2.      Mata klien terlihat cekung karena kurang tidur.
3.      Wajah klien masih terlihat pucat.
A: Tujuan belum tercapai.
P: Intervensi dilanjutkan.
1.      Ciptakan lingkungan yang nyaman.
2.      Anjurkan klien mengatur jadwal tidur
3.      Batasi pengunjung anjurkan membuat jadwal kunjungan.
4.      Berikan bantal dan posisikan tubuh klien agar nyaman.

Fera
Risiko Infeksi b.d pertahanan Tubuh Primer yang tidak adekuat.
04-10-2012
07.15







07.20






07.25



1.      Memantau cara klien dan keluarga tentang perineal hygiene.
S: Ibu klien mengatakan sudah melakukan  perineal hygiene pada An.A.
O: Prepusium klien sudah tampak lebih kering dari sebelumnya.
2.      Menganjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.
S:Ibu klien mengatakan bahwa klien tidur 9 jam sehari.
O: Klien terlihat lebih fresh.
3.      Memberikan obat antibiotic.
S: Ibu klien mengatakan bahwa klien sudaah jarang menangis.
O: Klien mau minum obat dengan teratur.
04-10-2012/14.00
S:
1.      Ibu klien mengatakan bahwa klien BAK 3x sehari.
2.      Ibu klien mengatakan sudah bisa melakukan  perawatan perineal yang benar.
O:
1.      Klien menangis saat mau BAK.
2.      Wajah klien meringis menahan nyeri.
3.      Klien BAK 3x sehari dengan konsistensi tidak pekat.
A: Tujuan belum tercapai
P: Intervensi dilanjutkan
1.      Pantau cara klien dan keluarga perineal hygiene.
2.      Anjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.
3.      Memberikan obat antibiotik




BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini di bahas tentang asuhan keperawatan pada An A dengan penyakit Phimosis. Adapun ruang lingkup dari pembahasan kasus ini adalah sesuai dengan proses keperawatan yaitu mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan (intervensi), pelaksanaan (implementasi) dan evaluasi.
Phimosis  yang terjadi pada kasus An. A dikarenakan oleh personal hygiene yang kurang baik. An. A mengalami nyeri pada bagian supra pubic  karena keluhan utama An. A pada saat pertama kali masuk rumah sakit adalah nyeri. Dan ketika dikaji keluhan yang paling mengganggu An. A adalah nyeri. Pada kasus An. A dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam.

A.    Pengkajian
Proses pengkajian yang dilakukan pada An.A dengan Phimosis di UGD RS. Respati dilakukan dengan melakukan wawancara, dengan ayah dan ibu klien dan melakukan obsrvasi serta pemeriksaan fisik langsung ke An A. Pelaksanaan pengkajian mengacu pada teori, akan tetapi  disesuaikan dengan kondisi An.A saat dikaji.
Pada saat dilakukan pengkajian, keluarganya cukup terbuka sehingga memudahkan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.  Hal ini dibuktikan dengan An.A dan keluarganya mau menjawab pertanyaan dan menerima saran yang diberikan oleh penulis. Dari data yang terkumpul kemudian dilakukan analisa dan identifikasi masalah yang dihadapi oleh klien yang merupakan data fokus dan selanjutnya dirumuskan diagnosa atau masalah keperawatan. Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kondisi klinis klien.
Dari hasil laboratorium yang di dapat, terdapat beberapa hasil yang abnormal, yaitu :  RR  : 24x/menit (tinggi), S : 38,50 C (tinggi), N      : 90x/menit (tinggi).

Terapi medis yang diberikan :
Obat Salep Deksametasone 0,1%.

B.     Diagnosa Keperawatan
   Adapun diagnosa yang muncul pada An.A adalah
1.      Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Cidera Biologis
2.      Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan Obstruksi Anatomik
3.      Hipertermi berhubungan dengan Penyakit
4.      Gangguan Pola Tidur behubungan dengan Kurang Privasi
5.      Risiko Infeksi berhubungan dengan Pertahanan Tubuh Primer yang Tidak Adekuat (destruksi jaringan)
Prioritas diagnose An.A Adalah
1.      Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Cidera Biologis
2.      Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan Obstruksi Anatomik
3.      Hipertermi berhubungan dengan Penyakit
4.      Gangguan Pola Tidur behubungan dengan Kurang Privasi
5.      Risiko Infeksi berhubungan dengan Pertahanan Tubuh Primer yang Tidak Adekuat (destruksi jaringan)

Alasan  kelompok mengambil diagnosa yang pertama Nyeri b.d agens cedera fisik ditandai dengan klien menanunjukkan tanda-tanda menahan nyeri dengan meringis dan menangis saat mau BAK. Klien memberikan tanda pada skala nyeri sedang (skala 6). Klien tampak pucat dan tampak gelisah saat tidur. Kemudian kelompok mengangkat diagnose kedua Gangguan Eliminasai Urine b.d  ditandai dengan klien sulit berkemih dan warna urine keruh. Dan kelompok mengambil diagnose tiga yaitu Hipertermia b.d Penyakit ditandai dengan suhu klien mencapai 38,50C, sehingga hipertermia harus diatasi agar tidak menimbulkan kejang pda anak. Kemudian diagnose keempat adalah Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan kurang privasi/kendali tidur ditandai dengan klien sering terbangun pada malam hari, klien tidur 6  jam pada malam hari dan 1 di siang hari. Wajah klien terlihat pucat, matanya cekung karena kurang tidur. Dan diagnose terakhir adalah Risiko Infeksi berhubungan dengan Pertahanan Tubuh Primer yang Tidak Adekuat (destruksi jaringan) ditandai dengan Prepusium tidak bisa ditarik ke belakang, terlihat adanya edema pada area kemaluan An. A dan di sekitar kemaluan klien juga tampak kemerahan. Jika tidak segera diatasi, dapat mengkibatkan infeksi pada klien.

C.     Perencanaan
            Perencanaan dalam proses keperawatan dimulai setelah data terkumpul, dikelompokkan, dianalisa dan ditetapkan masalah keperawatan. Perencanaan disusun berdasarkan prioritas masalah yang disesuaikan dengan kondisi klien. Setelah masalah ditentukan berdasarkan prioritas, tujuan pelayanan keperawatan ditetapkan. Tujuan bisa ditetapkan dalam jangka panjang atau jangka pendek, harus jelas, dapat diukur dan realistis. Ditegaskan dalam bentuk perubahan, kriteria hasil sebagai alat ukur pencapaian tujuan yang mengacu pada tujuan yang disusun pada rencana keperawatan. Pada penyusunan kriteria hasil penulis menyesuaikan dengan waktu pemberian perawatan yang dilakukan oleh penulis yaitu selama 3x24 jam.
Perencanaan yang dibuat pada An.A dengan masalah utama Nyeri Akut berhubungan dengan agens Cedera Biologis pada dasarnya untuk meminimalkan keluhan yang ada pada An. A saat itu. Perencanaan yang dilakukan sesuai dengan teori karena sama-sama menggunakan NIC NOC 2009-2011, namun pada kasus, disesuaikan dengan kondisi klien.

D.    Implementasi /Pelaksanaan
           Setelah rencana keperawatan dibuat, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan. Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan merupakan kegiatan atau tindakan yang diberikan pada An.A dengan menerapkan pengetahuan dan kemampuan klinik yang dimilki oleh klien berdasarkan ilmu – ilmu keperawatan dan ilmu – ilmu lainnya yang terkait. Seluruh perencanaan tindakan yang telah dibuat dapat terlaksana dengan baik.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan rencana asuhan keperawatan atau hambatan yang penulis dapatkan. Hambatan-hambatan tersebut antara lain, keterbatasan sumber referensi buku sebagai acuan penulis dan juga alat yang tersedia, pendokumentasian yang dilakukan oleh perawat ruangan tidak lengkap sehingga sulit untuk mengetahui perkembangan klien dari mulai masuk sampai sekarang secara detail, lingkungan fisik atau fasilitas rumah sakit yang kurang memadai dan keberadaan penulis di ruang tempat klien di rawat terbatas.
Dalam implementasi di atas, perawat hanya melakukan tindakan keperawatan dalam waktu 3x24 jam.

E.     Evaluasi
            Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan data objektif yang akan menunjukkan apakan tujuan asuhan keperawatan sudah tercapai sepenuhnya, sebagian atau belum tercapai. Serta menentukan masalah apa yang perlu dikaji, direncanakan, dilaksanakan dan dinilai kembali.
            Tujuan tahap evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencana keperawatan, menilai, meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui perbandingan asuhan keperawatan yang diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah di tetapkan lebih dulu.
          Adapun evaluasi dari tindakan keperawatan di atas adalah karena tindakan yang dilakukan hanya 3X24 jam, maka tujuan keperawatan belum tercapai.


BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pimosis adalah suatu keadaan dimana preposium tidak bisa ditarik bisa dikarenakan konginetal atau didapat. Tetapi biasanya kondisi tersebut bisa normal dengan ditambahnya produksi hormon dan pertumbuhan.
Pimosis dapat mengakibatkan gangguan berkemih baik nyeri atau balloning (masa diujung penis) perlu dilakukan sirkumsisi biasanya itu merupakan indikasi untuk mencegah infeksi karena terkumpulnya urine yang mengandung glukosa sebagai tempat terbaik bagi pertumbuhan bakteri.

B.     Saran
Jika ada anak mengalami gejala seperti gejala pimosis untuk segera mendapat penanganan untuk mencegah terjadi infeksi saluran kemih dan tidak memandang kelainan tersebut sebagai suatu hal yang mistis.


DAFTAR PUSTAKA

Dochter, Joanne McCloskey, Phd dkk. 2004. Nursing Intervetion Classification.Jakarta:Mosby Elevier
Moorhead, Sue dkk.2004. Nusing Outcomes Classification (NOC). Jakarta:Mosby Elsevier
Price, Sylvia A & Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi; Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner & Suddarth, Edisi 8. EGC : Jakarta.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI.
T. Heather Herdman, PhD, RN. 2012.Doagnosis Keperawatan. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC
http://www.google.com/asuhan-keperawatan-Phimosis
http://www.blogspot.com/askep-Phimosis