KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Klien Phimosis” dengan tepat waktu.
Makalah
ini kami buat untuk memenuhi tugas Sistem Perkemihan juga dapat memberikan
kami wawasan yang luas akan pentingnya
kesehatan dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk itu kami mengucapkan terima
kasih kepada :
1.
Tia
Amestiasih, S.Kep.,Ns, selaku dosen pengampu mata kuliah Sistem Perkemihan.
Dan
seluruh pihak-pihak yang telah ikut membantu menyusun makalah ini yang tidak
dapat kami sebutkan satu persatu. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
sempurna dan kami menginginkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
yang kritis demi kesempurnaan makalah ini. Dan tidak lupa juga kami mohon
maaf jika ada kesalahan dalam pembuatan
makalah ini.
|
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL………………………………………………………. i
KATA
PENGANTAR…………………………………………………….. ii
DAFTAR
ISI………………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang…………………………………………. 1
B. Tujuan
Penulisan……………………………………...... 3
BAB II TINJAUAN TEORI
A.
Pengertian……….. ………………………………….. 4
B.
Etiologi……………………………………………….. 4
C.
Manifestasi Klinis…………..………………………… 5
D.
Pathway….………….. ……………………………… 6
E.
Penatalaksanan….……………………………………. 6
F.
Prinsip
Terapi dan Manajemen Keperawatan………… 7
BAB
III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian……………………………………………. 11
B. Analisa
Data………. ………………………………… 20
C. Prioritas
DiagnosaKeperawatan…….………………... 22
D. Rencana
(Intervensi) Keperawatan…………………... 23
E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan……………. 27
BAB IV PEMBAHASAN
A.
Pengkajian……………………………………………. 46
B.
Diagnosa Keperawatan………………………………. 47
C.
Perencanaan…………………………………………... 48
D.
Implementasi/Pelaksanaan………………………….... 48
E.
Evaluasi………………………………………………. 49
BAB V PENUTUP
4.1
Kesimpulan…………………………………………... 50
4.2 Saran………………………………………………….. 50
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Kelainan pada genitalia eksternal sangat menggangu bagi
penderita terutama untuk orang tua penderita, yang secara tak sadar telah
menggangu emosional mereka, baik dari segi struktur alat reproduktif ini dan
mungkin juga akibat yang akan ditimbul digenerasi masa depan mereka. Pada janin
laki-laki, tubercle memperbesar untuk membentuk penis lipatan genital menjadi
batang dari penis dan lipatan labioscrotal memadukan untuk membentuk scrotum.
Pembentukan terjadi selama 12-16 minggu kehamilan dan testicular hormon yang
berperan besar dalam keadaan ini. Testosterone dan metabolite aktifnya,
dihydrotestosterone, menentukan stabilisasi dan pembentukan penuh genitalia
internal dan eksternal. Kelainan pada fase ini dapat menyebabkan kelainan
kongenital yang dapat berpengaruh besar pada perkembangan fisik maupun
psikologis dari si anak sendiri maupun orang tua mereka. Disini kami mencoba
membahas tentang beberapa kelainan congenital pada alat kelamin luar pria dan
penangannya.
Pada kasus fimosis pada akhir tahun pertama kehidupan,
retraksi kulit prepusium kebelakang sulkus glandularishanya dapat dilakukan
pada sekitar 50% anak laki-laki; hal ini meningkat menjadi 89% pada saat usia
tiga tahun. Insidens fimosis adalah sebesar 8% pada usia 6 sampai 7 tahun dan
1% pada laki-laki usia 16 sampai 18 tahun. Dan pada kasus hipospsdia Angka
kejadian penderita hipospadia di Indonesia belum diketahui secara pasti, tetapi
dari hasil penelitian pakar kedokteran di sejumlah negara, kelainan ini terjadi
pada satu dari 125 bayi laki-laki kelahiran hidup. Salah satu penyebab kelainan
ini adalah karena keturunan.
Penyebabnya dari fimosis itu sendiri bisa dari bawaan dari
lahir, atau didapat, misalnya karena infeksi atau benturan. Bagaimana
gejalanya? Untuk menandai apakah anak memang mengalami funosis, orang tua
sebaiknya mencermati beberapa gejala berikut : Kulit penis anak takbisa ditarik
kearah pangkal ketika akan dibersihkan. Anak mengejan saat buang air kecil
karena muara saluran kencing diujung tertutup. Biasanya ia menangis dan pada
ujung penisnya tampak menggembung. Air seni yang tidak lancar, kadang-kadang
menetes dan memancar dengan arah yang tidak dapat diduga. Begitu juga kasus
hipospadia disebabkan factor lingkungan dan pola hidup yang kurang sehat,
akibatnya marak penggunaan pestisida serta tingginya kandungan polusi di udara.
Zat polutan dari pabrik, limbah dan menumpuknya sampah bisa menimbulkan
hipospadia.
Upaya yang diberikan dengan tindakan sirkumsisi (sunat)
adalah jaian keluarnya, apalagi jika fimosisnya menetap dan terjadi infeksi.
Untuk melakukan sirkum sisi pada anak juga harus dipertimbangkan masalah
pembiusannya karena akan mempengaruhi kondisi kejiwaannya kelak kemudian hari.
Selain itu akan membahayakan, karena dapat melukai penisnya dan jahitan kulit
penis tidak dapat dikerjakan secara sempurna.(AMA,1999)
Dari data di atas, maka kami tertarik untuk membahas kasus
mengenai fimosis ini untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai
kelainan ini. Dengan dibahasnya fimosis ini diharapkan masyarakat memahami apa
dan bagaimana fimosis itu sendiri, sehingga masyarakat tidak memandang dan
mengait-ngaitkan kelainan ini dengan hal-hal yang berhubungan dengan keyakinan
dan hal-hal yang berbau mistis. Seperti yang kita ketahui masyarakat Indonesia
sering kali menghubung-hubungkan hal-hal yang mereka anggap tidak lazim pada
hal-hal di atas. Tapi kita juga tidak bisa menyalahkan masyarat apabila mereka
beranggapan seperti itu karena dilihat dari latarbelakang Indonesia yang
terdiri dari berbagai suku, adat, dan kepercayaan. Maka dari itu dengan
dibahasnya kasus ini diharapkan masyarakat bisa lebih tebuka cara berfikir dan
cara pandangnya.
B. Tujuan
1).
TujuanUmum
Setelah menyusun makalah ini diharapkan
mahasiswa mengetahui gambaran umum tentang asuhan keperawatan klien khususnya
pada klien dengan Phimosis dan mampu menyusun asuhan keperawatan pada kasus
klien yang mengalami Phimosis.
2).
Tujuan Khusus
a)
Untuk mengetahui pengertian Phimosis.
b) Untuk
mengetahui faktor penyebab Phimosis
c) Untuk
mengetahui manifestasi klinis Phimosis
d) Untuk
mengetahui penatalaksanaan pada pasienPhimosis
e) Untuk
mengetahui pengkajian keperawatan pada pasien Phimosis
f) Untuk
mengetahui diagnosa yang mungkin muncul pada pasienPhimosis
g) Untuk
mengetahui fokusintervensi pada pasien Phimosis
h) Untuk mengetahui implementasi yang dapat
dilakukan pada pasien Phimosis
i) Untuk mengetahui evaluasi pada pasien
Phimosis
j) Untuk
mengetahui dokumentasi asuhan keperawatan pada pasien Phimosis
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Phimosis adalah prepusium
penis yang tidak dapat diretraksi (ditarik) keproksimal sampai kekoronaglandis.
Fimosis merupakan suatu keadaan normal yang sering ditemukan pada bayi baru
lahir atau anak kecil, karena terdapat adesialamiah antara prepusium dengan
glans penis. Dan biasanya pada masa pubertas akan menghilang dengan sendirinya.
Pada pria yang lebihtua, fimosis bisa terjadi akibat iritasi menahun. Fimosis
bisa mempengaruhi proses berkemih dan aktivitas seksual. Biasanya keadaan ini
diatasi dengan melakukan penyunatan (sirkumsisi).
(Johns Hopkins University Press, 1956)
Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan
berkembang, dan debris yang dihasilkan oleh epitel prepusium (smegma) mengumpul
di dalam prepusium dan perlahan-lahan memisahkan prepusium dari glans penis.
Ereksi penis yang terjadi secara berkala membuat prepusium terdi latasi
perlahan-lahan sehingga prepusium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke
proksimal. Pada saat usia 3 tahun, 90% prepusium sudah dapat diretraksi.
B. Etiologi
1. Konginetal
(fimosisfisiologis)
Fimosis kongenital
(fimosisfisiologis) timbul sejak lahir sebenarnya merupakan kondisi normal pada
anak-anak, bahkan sampai masa remaja. Kulit preputium selalu melekat erat pada
glans penis dan tidakdapatditarik ke belakang pada saat lahir, namun seiring
bertambahnya usia serta diproduksinya hormon dan faktor pertumbuhan terjadi
proses keratinisasi lapisan epitel dan deskuamasi antara glans penis dan lapis
glan dalam preputium sehingga akhirnya kulit preputium terpisah dari glan
penis. Suatu penelitian mendapatkan bahwa hanya 4% bayi seluruh kulit
preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis pada saat lahir, namun mencapai
90% pada saat usia 3 tahun dan hanya 1% laki-laki berusia 17 tahun yang masih
mengalami fimosis kongenital. Walaupun demikian, penelitian lain mendapatkan
hanya 20% dan 200 anak laki-laki berusia5-13 tahun yang seluruh kulit
preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis.
2. Fimosis
didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya, true phimosis) timbul
kemudian setelah. Hal ini berkaitan dengan kebersihan hygiene) alat kelamin
yang buruk, peradangan kronik glans penis dan kulit preputium (balanoposthitis
kronik), atau penarikan berlebihan kulit preputium (forceful retraction) pada
timosis kongenital yang akan menyebabkan pembentukkan jaringan ikat (fibrosis)
dekat bagian kulit preputium yang membuka.
C. Manifestasi Klinis
a.
Prepusium tidak bisa ditarik ke belakang
b.
Balloning yakni kulit preputium mengenbang saat
berkemih karena desakan pancaran ari seni yang tidak diimbangi besarnya lubang
di ujung praputium.
c.
Sakit saat berkemih
d.
Sulit kencing
e.
Pancaran kencing sedikit
D.
Pathway
E. Penatalaksanaan
Tidak dianjurkan melakukan
dilatasi atau retraksi yang dipaksakan pada fimosis, karena menimbulkan luka
dan terbentuk sikatriks pada ujung prepusium sebagai fimosis sekunder. Fimosis
yang disertai balanitis xerotika obliterans dapat dicoba diberikan salep
Deksametasone 0,1% yang dioleskan 3 atau 4 kali. Diharapkan setelah pemberian
selama 6 minggu, prepusium dapat diretraksi spontan. Pada fimosis yang
menimbulkan keluhan miksi, menggelembungnya ujung prepusium pada saat miksi,
atau fimosis yang disertai dengan infeksi postitis merupakan indikasi untuk
dilakukan sirkumsisi. Tentunya pada balanitis atau prostitis harus diberi
antibiotika dahulu sebelum sirkumsisi.
F. Prinsip Terapi dan Manajemen
Keperawatan
1.
Perawatan Rutin
2.
Kebersihan penis
Penis harus dibasuh secara
seksama dan bayi tidak boleh ditinggalkan berbaring dengan popok basah untuk
waktu yang lama.
3. Phimosis dapat diterapi
dengan membuat celah dorsal untuk mengurangi obstruksi terhadap aliran
keluar.
4.
Sirkumsisi
Pada pembedahan ini,
kelebihan kutup diangkat. Digunakan jahitan catgut untuk mempertemukan kulit
dengan mukosa dan mengikat pembuluh darah.
5.
Perawatan Pra
Bedah Rutin
6.
Perawatan Pasca
Bedah
Pembedahan ini bukan tanpa
komplikasi dan Observasi termasuk adanya perdarahan. Pembalut diangkat jika
basah dengan urin dan lap panggul berguna untuk membersihkan penis dan
mendorong terjadinya penyembuhan. Popok perlu sering diganti.
Komplikasi yang terjadi
termasuk ulserasi meatus. Ini terjadi sebagai akibat amonia yang membakar
epithelium glans. Untuk menimbulkan nyeri pada saat berkemih kadang-kadang
adanya perkembangan perdarahan dan retensi urin. Ulserasi meatus dapat
menimbulkan stenosis meatus. Hal ini dapat diterapi dengan meatotomi dan
dilatasi.
7.
Bimbingan bagi
orang tua.
Instruksi yang jelas harus
diberikan pada orang tua jika bayi atau anak siap untuk pulang kerumah.
Ini termasuk hygiene dari daerah dan pengenalan setiap komplikasi. Mereka juga
harus diberikan pedoman untuk pencegahan dermatitis amonia dan jika hal ini
terjadi bagaimana untuk mengobatinya.
a.
Pengkajian
1)
Fisik
a)
Pemeriksaan
genetalia
b)
Palpasi abdomen
untuk melihat distensi vesika urinaria atau pembesaran pada ginjal.
c)
Kaji fungsi
perkemihan
d)
Adanya lekukan
pada ujung penis
e)
Melengkungnya
penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi
f)
Terbukanya
uretra pada ventral
g)
Pengkajian
setelah pembedahan : pembengkakan penis, perdarahan, dysuria, drinage.
2)
Mental
a)
Sikap pasien
sewaktu diperiksa
b)
Sikap pasien
dengan adanya rencana pembedahan
c)
Tingkat
kecemasan
d)
Tingkat
pengetahuan keluarga dan pasien
b.
Diagnosa
1)
Gangguan rasa
nyaman nyeri berhubungan dengan pemumpukan prepusium dipunggung penis
2)
Ganguan
eliminasi urin berhubungan dengan retensi urin
3)
Gangguan
kecemasan berhubungan dengan penis yang abnormal
4)
Gangguan rasa
nyaman nyeri berhubungan dengan adanya benjolan
5)
Resiko injuri berhubungan
dengan pancaran uri yang tidak normal
c.
Intervansi
Diagnosa
1: Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pemumpukan prepusium
dipunggung penis
Tujuan: dalam 1x24 jam nyeri
berkurang
Kriteria hasil:
- TTV normal
- nyeri berkurang dalam 1x24 jam
- wajah tidak menyeringai
- pasien mengatakan nyeri berkurang
Intervensi:
1)
observasi skala
nyeri
R/ menentukan intervensi yag
tepat
2)
pantau TTV
R/ mengetahui perubahan
respon tubuh pasien
3)
ajarkan tehnik
relaksasi dan distraksi
R/ mengurangi tingkat nyeri
4)
berikan
penjelasan menngenai kondisi pasien
R/ pasien lebih kooperatif
dalam tindakan keperawatan
5)
kolaborasi
dengan dokter
R/ mempercepat proses
penyembuhan
6)
berikan posisi
yang nyaman
R/ mengurangi rasa nyeri
Diagnosa
2: Gangguan eliminasi uri berhubungan dengan retensi uri
Tujuan: dalam 1x24 jam pasien
dapat BAK
Kriteria hasil:
- TTV normal
- dalam 1x24 jam tidak ada gangguan eliminasi uri
- tidak terpasang kateter
Intervensi:
1)
Pantau TTV
R/ mengetahui respon tubuh pasien
2)
Jelaskan mengenai kondisi pasien
R/ agar pasien legih kooperatif
3)
Ukur intake dan output cairan
R/ monitor keseimbangan cairan
4)
Lakukan latihan pergerakan
R/ meningkatkan fungsi blader
5)
Lakukan relaksasi dalam berkemih
R/ merelaksasi pikiran dan meningkatkan kemampuan berkemih
6)
Kolaborasi dengan tim medis
R/ mempercepat proses penyembuhan
Diagnosa
3: Gangguan kecemasan berhubungan dengan penis yang abnormal
Tujuan : dalam 1x24 jam
kecemasan berkurang
Kriteria hasil:
·
TTV normal
·
Wajah pasien tidak cemas
·
Dalam 1x24 jam cemas berkurang
Intervensi:
1)
pantau TTV
R/ mengetahui respon tubuh
pasien
2)
berikan
penjelasan tentang kondisi pasien
R/ meningkatkan kerjasama
pasien
3)
berikan dukungan
dan motivasi
R/ mengurangi rasa cemas
4)
lakukan
pendekatan pada pasien dan keluarga
R/ agar pasien lebih
kooperatif
5)
kolabirasi
dengan tim medis
R/ mempercepat proses
penyembuhan
d.
Implementasi
1)
Melakukan
pendekatan pada px dan keluarga
2)
Mengkaji factor
yang mempengaruhi kemampuan untuk mencerna makanan
3) Memberi penjelasan pada px
dan keluarga tentang pentingnya kebutuhan nutrisi bagi tubuh
4) Berkolaborasi dengan tim
medis
e.
Evaluasi
1)
Ajarkan tentang
perawatan kateter dan pencegahan infeksi dengan disimulasikan.
2)
Jelaskan tanda
dan gejala infeksi saluran kemih dan lapor segera ke dokter atau perawat.
3)
Jelaskan
pemberian obat antibiotik dan tekankan untuk kontrol ulang (follow up).
BAB
III
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
Seorang anak laki-laki berinisial
An. A berumur 3 tahun dibawa ke Rumah Sakit Respati pada tanggal 2 Oktober
2012. Ibu An. A mengatakan anaknya selalu menangis jika akan kencing karena
nyeri akibat air kencing yang sulit keluar. Ibu An.A juga mengatakan bahwa An.A
deman sejak 2 hari yang lalu.Saat dilakukan pemeriksaan, prepusium tidak bisa ditarik
ke belakang. An. A tampak gelisah, dan sulit tidur pada malam hari karena nyeri
yang dirasakannya. Terlihat adanya edema pada area kemaluan An. A. Di sekitar
kemaluan klien juga tampak kemerahan. Wajah An. A tampak pucat dan An.A
terlihat lemas.
Dari Pemereriksaan
Fisik: BB : 15 kg,TB
:120cm,
TTV:TD: 80/50 mmHg, N:
90x/menit, RR: 24x/menit, S: 38,5 OC. An. X diberikan terapi obat Salep Deksametasone 0,1%.
A. Pengkajian
Nama Perawat : Ns.
Fera
Tanggal Pengkajian : 2
Oktober 2012
Jam Pengkajian : 09.00
WIB
1)
Biodata
Pasien
Nama :
An. A
Usia/jenis kelamin : 3 Tahun/Laki-laki
Agama :
Islam
Pendidikan :
Belum Sekolah
Status Pernikahan : Belum Menikah
Alamat :
Jl. Sudirman 58, Bantul, Yogyakarta
Diagnosa Medis : Phimosis
Jam/Tanggal Masuk RS :09.00 / 2 Oktober 2012
No. RM :
081916
Penanggung Jawab
Nama :
Ny. X
Usia : 28 Tahun
Agama :
Islam
Pendidikan :
SMK
Pekerjaan :
Ibu Rumah Tangga
Status Pernikahan : Menikah
Alamat :
Jl. Sudirman 58, Bantul, Yogyakarta
Hubungan dengan Klien : Ibu
2)
Keluhan Utama
An.
A mengatakan sakit pada penisnya terutama pada prepusiumnya dan terasa nyeri
saat mau kencing.
Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat
Penyakit Sekarang
An.
A datang ke RS. Soeradji diantar oleh keluarganya pada tanggal 2 Oktober 2012
dengan keluhan nyeri saat akan kencing akibat air kencing yang sulit keluat.
Ny. X mengatakan bahwa An.A sudah merasakan sakitnya sejak 3 hari yang lalu.
An.A sudah dilakukan pemeriksaan fisik dan An. X diberikan terapi obat Salep Deksametasone 0,1%.
b. Riwayat
Penyakit Dahulu
Ny.X
mengatakan bahwa An.A tidak mempunyai riwayat penyakit ataupun diopname di RS
sebelumnya. An.A belum pernah mengalami kecelakaan ataupun dioperasi. An.A
hanya memilki alergi terhadap makanan laut khususnya udang. An.A pernah
diimunisasi campak, polio, BCG, DPT.
c. Riwayat
Penyakit Keluarga
Ny.X mengatakan dalam keluarganya, ayah
An.A menderita penyakit Diabetes Militus sejak 3 tahun yang lalu. Sedangkan
kakek klien memiliki riwayat penyakit jantung dan hipertensi. Ny.X juga
mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang pernah menderita asma maupun
TBC.
GENOGRAM
Keterangan :
: Laki-laki
:
Perempuan
:
Garis keturunan
:
Garis perkawinan
: Garis tinggal 1 rumah
:
Klien dengan Phimosis
Keluarga
An.A terdiri dari kakek, nenek, ayah dan ibu. An.A merupakan anak pertama.
3)
Pengkajian Kebutuhan Dasar Klien
1. Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit, kegiatan sehari-hari klien
adalah bermain selayaknya nak berumur 3 tahun. Perawatan diri /personal
hygiene An. A dibantu ibuny. Saat
sakitpun kebutuhan ADL klien tergantung dengan ibunya. Saat
diarawat di rumah sakit, An.A terlihat tidak bersemangat, An.A hanya duduk di
ranjang.
2. Tidur dan Istirahat
Ny. X
mengatakan bahwa sebelum sakit, An.A biasanya
tidur selama 11 jam di malam hari dan
tidur siang selama 2 jam. Setelah dirawat di rumah sakit An.A kesulitan untuk tidur karena nyeri yang
dirasakannya. An. A hanya tidur 6 jam pada malam hari dan 1 jam di siang
hari. Ibu An.A juga mengatakan bahwa An.A sering terbangun di malam hari.
3.
Kenyamanan
dan Nyeri
Ibu An.A mengatakan anaknya tidak menangis setelah ia diberikan obat dan menangis
saat nyerinya bertambah ketika ia melakukan gerak. Setelah dikaji, An.A
mengatakan nyeri pada bagian penisnya.
4. Nutrisi
Sebelum sakit kebutuhan nutrisi An.A dibantu oleh ibunya. An.A biasanya makan 3 x sehari. Berat badan An.A 15 kg. Namun, sejak An.A sakit berat badannya turun hingga 14 kg. Bapak An.A mengatakan bahwa An.A suka jika diberikan makanan ringan dan minuman
bersoda. Sejak kecil An.A
alergi terhadap udang. Sebelum sakit nafsu makan An.A sangat baik. Akan tetapi setelah sakit An.A susah makan, hanya menghabiskan ¼ porsi
dari makanan yang di sediakan RS. An.A sering mual. An.A belum bisa memenuhi kebutuhan makannya sendiri.
5. Cairan, elektrolit dan asam basa
Ny.X
mengatakan bahwa An.A
biasanya minum air putih 1 liter sehari dan 250 cc susu. An.A juga sering minum minuman dingin. Setelah
sakit An.A hanya minum 500 cc sehari. Turgor kulit klien elastis.
6.
Oksigenasi
Ny.X
mengatakan bahwa An.A
tidak mempunyai riwayat penyakit sesak nafas atau sejenisnya. An.A tidak batuk ataupun mengeluarkan sputum.
7.
Eliminasi
urine
Ny.X mengatakan
frekuensi berkemih An.A adalah 250 cc per hari. Warna urine An.A keruh. Adanya
hematuria, selain itu diawal berkemih ada cairan eksudat yang purulen dan
terasa gatal. An.A merasakan nyeri saat berkemih. An. A berkemih 2x dalam
sehari. Kebutuhan pemenuhan eliminasi urine An.A dibantu oleh ibunya. An. A tidak terpasang kateter untuk menguangi
terjadinya risiko infeksi pada penis.
8.
Eliminasi
fekal/bowel
Ny.X
mengatakan bahwa An.A
biasanya BAB sehari sekali yaitu pada pagi hari. Warna BAB An.A coklat kekuningan dan baunya khas.
Kebutuhan pemenuhan eliminasi An.A dibantu oleh ibunya. Setelah sakit ibu An.A mengatakan bahwa An.A jarang BAB, kadang-kadang hanya 2 hari sekali.
9.
Sensori,
persepsi dan kognitif
Klien tidak memiliki gangguan pada sistem sensori, persepsi maupun
kognitif.
4)
Pemeriksaan Fisik
a.
Keadaan
Umum
Saat dilakukan pemeriksaan fisik
didapat hasil TTV :
TD :
80/50 mmHg
RR : 24x/menit
S : 38,50 C
N : 90x/menit
P : An. A mengatakan bahwa nyeri pada bagian sekitar penis.
Paliative
: An.A mengatakan nyerinya berkurang setelah ia diberikan obat analgetik
(ketorolax).
Provokative
: An.A mengatakan nyerinya bertamabh sat ia melakukan gerak
Q : An. A tidak kooperatif
R : An. A mengatakan nyeri pada bagian penisnya.
S
: Skala nyeri : 5 (setelah dikaji dengan Skala Nyeri Baker Wong)
T : An. A
mengatakan nyerinya hilang timbul.
Wajahnya An. A tampak menahan nyeri (meringis) dan sering menangis.
Gambar. Skala
Nyeri Baker Wong
b.
Kepala
Keadaan
kepala An. A tidak ditemukan kelainan
yaitu tidak terdapat hematoma, lesi maupun kotor, keadaan mata tidak anemis,
sklera anikterik. Keadaan hidung, tidak
ada septum dan epistaksis, telinga simetris, bersih dan pendengaran klien baik.
Tidak terdapat gangguan pada mulut yang ditandai dengan: tidak terdapat caries
dentis, tidak menggunakan gigi palsu dan pada bibir tidak terjadi sianosis atau
stomatitis, mukosa bibir kering karena kurangnya intake cairan.
c.
Leher
Tidak ada gangguan pada leher yang
ditandai dengan; tidak terdapat pembesaran tiroid, tidak ada pelebaran JVP dan
lesi. Tidak ada gangguan pada Tenggorokan yang ditandai dengan tidak terdapat
pembesaran tonsil dan hiperemis.
d.
Dada
I: Pada inspeksi, pada dada tidak
lesi, oedema ataupun kemerahan.
P: Pada saat palpasi dada dan paru
tidak ada pembesaran jantung dan rongga dada.
P: Pada saat perkusi, tidak ada
udara, cairan atau masa padat.
A: Pada pemeriksaan auskultasi bunyi
dada kanan dan kiri vasikuler.
e.
Abdomen
I: Pada saat inspeksi, kulit abdomen
tidak sikatrik, tidak terdapat benjolan ataupun lesi.
A: Pada saat auskultasi, peristaltic
usus 16x/menit
P: Pada palpasi tidak ada
hepatomogali dan nyeri tekan.
P: Pada perkusi timpani tidak ada
hypertimpani atau pekak
f.
Genetalia
Klien mengalami phimosis, prepusium
tidak bisa ditarik. Tidak terdapat hypospadia, epispadia, hernia, hydrocell dan
tumor.
g.
Rektum
Keadaan rektum normal tidak ada
hemoroid, prolaps maupun tumor.
h.
Ekstrimitas atas dan ekstrimitas bawah
Lengan kanan tidak terpasang infuse.
5)
Psiko Sosio Budaya dan Spiritual
Psikologis :
An.A belum mengerti tentang penyakitnya.
An.A merasa tak nyaman dengan penyakitnya ditandai dengan seringnya An.A
menangis. Ny.X mengatakan An.A sering menangis karena nyeri dan sakit. An.A mendapat dukungan dan bantuan dari
keluarga khususnya dari ibunya. Saat di rumah sakit klien tampak tidak tenang
dan sering menangis, selalu mengeluh ingin pulang.
Sosial :
An.A sehari-harinya bermain dan diasuh oleh
ibunya. Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai An.A adalah banyaknya pemulung yang sering mencari
sampah di depan rumahnya. Pada saat di rumah sakit An.A tidak terlihat
kooperatif, An.A hanya diam di tempat tidur karena sakit yang dirasakannya
sehingga An.A merasa kurang nyaman dengan kondisinya.
Budaya :
Suku bangsa An.A adalah Sunda. Sedangkan kebudayaan yang diikuti An.A adalah budaya Jawa. Ada beberapa
kebudayaan An.A yang
merugikan kesehatannya. Salah satunya yaitu adanya kebiasaan dalam keluarganya
makan makanan serba manis.
Spiritual :
An.A
belum mengerti tentang ibadah. Ibu An.A mengatakan bahwa An.A senang jika
diajak mengikuti pengajian di kelurahan. An.A belum mengerti dengan penyakit yang sedang dialaminya. Namun saat di rumah
sakit An.a terlihat diam dan tidak bersemangat.
6)
Pemeriksaaaan Penunjang
a. Hasil
labolatorium
Parameter
|
Hasil
|
Satuan
|
Nilai
normal
|
interpretasi
|
Darah Lengkap
Hb
AL (angka leukosit)
AE (angka eritrosit)
AT (angka trombosit)
HMT
Albumin
Natrium
Kalium
Klorida
|
13,1
13,5
5,20
402
41,4
3,5
132,0
3,5
98,3
|
|
13-17
4-11
4,5-5,5
150-450
42-52
3,5-5,5
135-148
3,5-5,3
98-107
|
Normal
Naik
Normal
Normal
Turun
Normal
Normal
Normal
Normal
|
b.
Analisa
Urine : terdapat leukosit, eritrosit dan PH meningkat (4,7)
7)
Terapi Medis
Saat
di UGD An. A dilakukan pemeriksaan fisik dan diberikan terapi obat:
Obat Salep Deksametasone 0,1%.
B.
Analisa Data
Nama
Klien : An. A No. Register : 081916
Umur : 3 tahun Diagnosa Medis: Phimosis
Ruang
Rawat : Anggrek Alamat : Jl. Sudirman 58, Bantul,
Yogyakarta
TGL/JAM
|
DATA
FOKUS
|
ETIOLOGI
|
PROBLEM
|
2-10-12/
09.10
|
DS :
1.
Ny. X mengatakan anaknya sudah 2 hari merasakan sakit perut
bagian bawah dan mual.
2.
An.A selalu menangis saat mau kencing (BAK)
3.
Ibu An.A mengatakan bahwa anaknya sering menangis dan
tampak gelisah, dan sulit tidur pada malam hari
4.
P : An. A mengatakan bahwa nyeri pada
bagian sekitar penis.
Paliative : An.A mengatakan
nyerinya berkurang setelah ia diberikan obat analgetik (ketorolax).
Provokative : An.A mengatakan
nyerinya bertamabh sat ia melakukan gerak
Q : An. A tidak kooperatif
R : An. A mengatakan nyeri pada bagian penisnya.
S : Skala nyeri : 5 (setelah dikaji dengan Skala
Nyeri Baker Wong)
T : An. A mengatakan nyerinya hilang timbul.
5.
DO :
1.
An. A Tampak menahan nyeri (meringis) dan
terkadang menangis
2.
Saat dilakukan pemeriksaan, prepusium tidak bisa
ditarik ke belakang Skala nyeri 6
3.
TTV :
S = 38,80C
RR = 24x/mnt
N = 90x/mnt
|
Agen Cedera Biologis
|
Nyeri Akut
|
|
DS :
1. Ibu An.A mengataan bahwa An.a
selalu menangis jika akan kencing karena nyeri akibat air kencing yang sulit
keluar.
2. Ibu An. A mengatakan bahwa anaknya
berkemih 2x dalam sehari.
DO :
1. An. A sulit untuk berkemih.
2. Warna urine An.A keruh
|
Obstruksi Anatomik
|
Gangguan Eliminasi Urine
|
|
DS :
1.
Ibu An.A mengatakan bahwa An.A mengalami deman sejak
2 hari yang lalu.
DO :
1.
Wajah An.A terlihat pucat dn lemas.
2.
S= 38,50C.
|
Penyakit
|
Hipertermia
|
|
DS :
1.
Ibu An.A mengatakan bahwa An.A hanya tidur 6 jam tiap
malam dan 1 jam di siang hari
2.
Ibu An.A mengatakan bahwa anaknya sering terbangun
pada malam hari
DO :
1.
Mata An.A terlihat cekung.
2.
Wajah An. A tampak pucat.
3.
An.A terlihat lemas.
|
Kurang Privasi
|
Gangguan Pola Tidur
|
|
DS :
1. Ibu An. A mengatakan anaknya selalu
menangis jika akan kencing karena nyeri akibat air kencing yang sulit keluar
DO :
1. Prepusium tidak bisa ditarik ke
belakang.
2. Terlihat adanya edema pada area
kemaluan An. A. Di sekitar kemaluan klien juga tampak kemerahan.
3. Adanya cairan eksudat yang purulen
pada urine klien.
|
Pertahanan Tubuh primer
yang tidak adekuat (destruksi jaringan)
|
Risiko Infeksi
|
C.
Prioritas
Diagnosa Keperawatan
1.
Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Cidera Biologis
2.
Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan Obstruksi
Anatomik
3.
Hipertermi berhubungan dengan Penyakit
4.
Gangguan Pola Tidur behubungan dengan Kurang Privasi
5.
Risiko Infeksi berhubungan dengan Pertahanan Tubuh
Primer yang Tidak Adekuat (destruksi jaringan)
D. Rencana (Intervensi) Keperawatan
RENCANA TINDAKAN
Nama
Klien : An. A No.
Register : 081916
Umur : 3 tahun Diagnosa
Medis : Phimosis
Ruang
Rawat : Anggrek Alamat : Jl. Sudirman
58, Bantul,
Yogyakarta
No.
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan &
Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Nama/
TTD
|
1.
|
Nyeri
Akut b.d Agen Cedera Biologis
|
Setelah dilakuakn tindakan keperawatan kepada klien selama
3x24 jam nyeri dapat terkontrol dengan kriteria hasil sebagai berikut :
1.
Tingkat nyeri berkurang dibuktikan dengan indicator sangat nyeri
menjadi ringan (Skala 5 menjadi skala 1)
2.
Wajah Klien tidak tegang
3.
Klien tidak gelisah
4.
Menggunakan tindakan mengurangi nyeri
dengan analgesik dan nonanalgesik secara tepat.
5.
Menunjukkan teknik relaksasi secara
individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan
6.
TTV dalam batas normal (TD= 80-120
mmHG, N=90-100x/mnt, S= 36,5-37,50C)
|
Tindakan
yang dapat dilakukan agar tujuan tercapai antara lain :
1. Kaji tanda-tanda vital klien
2. Kaji nyeri secara komprehensif.
3. Beri posisi nyaman.
4. Ajarkan klien cara-cara mengatasi nyeri dengan
teknik relaksasi
5. Anjurkan minum 8-10 gelas per hari.
6. Kolaborasi pemberian obat
analgetik.
(ketorolac dengan dosis 0,5 mg/Kg BB)
|
Fera
|
2.
|
Gangguan Eliminasi Urine b.d
Obstruksi Anatomik
|
Setelah
dilakuakn tindakan keperawatan kepada klien selama 3x24 jam, urine dapat
keluar dengan normal dengan kriteria hasil sebagai berikut :
1.
Klien tidak mengeluh/menangis saat mau BAK.
2.
Klien dapat BAK dengan lancar.
3.
Tidak ada tanda klien menahan nyeri.
|
Tindakan
yang dapat dilakukan agar tujuan tercapai antara lain :
1.
Pantau TTV klien
2.
Kaji tanda dan gejala retensi urine.
3.
Monitor intake dan output urine klien.
4.
Catat warna, konsistensi dan jumlah urine klien.
5.
Catat waktu pengeluaran urine terakhir.
6.
Ajarkan keluarga pasien cara toileting dan perawatan perinial yang
benar.
7.
Kolaborasi pemberian antibiotic dan tindakan sirkumsisi.
|
Fera
|
3.
|
Hipertermia b.d Penyakit
|
Setelah dilakukan tindakan keprawatan selama 3 x 24 jam kepada
klien, suhu tubuh klien dalam batas normal
atau klien menunjukan termoregulasi dengan kriteria hasil sebagai berikut :
1.
Suhu tubuh dalam batas normal (36,50C-37,50C).
2.
An.A tidak demam
3. Vital sign nadi : 80x /menit, suhu : 36,50C-37,50C
0 C, RR : 20-30 x/menit.
|
Tindakan
yang dapat dilakukan agar tujuan tercapai antara lain :
1.
Pantau TTV klien 2 jam sekali.
2.
Lakukan kompres hangat basah.
3.
Anjurkan klien untuk minum air 8-10 gelas per hari.
4.
Anjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.
5.
Kolaborasi pemberian antipiretik paracetamol.
|
Fera
|
4.
|
Gangguan Pola Tidur b.d Kurang Privasi
|
Setelah dilakuakn tindakan
keperawatan kepada klien selama 3x24 jam, klien dapat tidur dengan nyaman
dengan kriteria hasil sebagai berikut :
1.
Jumlah jam tidur dalam batas normal (10 jam sehari).
2.
Perasaan fresh sesudah tidur/istirahat.
3.
Pola tidur klien teratur.
4.
Klien dapat tidur di tempat yang nyaman.
5.
Klien dapat tidur sepanjang malam dengan konsisten.
|
Tindakan yang dapat dilakukan agar tujuan tercapai
antara lain :
1.
Ciptakan lingkungan yang nyaman.
2.
Anjurkan klien mengatur jadwal tidur
3.
Batasi pengunjung anjurkan membuat jadwal kunjungan.
4.
Berikan bantal dan posisikan tubuh klien agar nyaman.
5.
Kolaborasi pemberian obat tidur. (Dexamethasone 0,3 mg/kg BB)
|
Fera
|
5.
|
Risiko Infeksi b.d
Pertahanan Tubuh Primer yang Tidak Adekuat (Destruksi Jaringan)
|
Setelah dilakuakn tindakan
keperawatan kepada klien selama 3x24 jam, klien tidak menunjukkan tanda dan
gejala infeksi dengan kriteria hasil sebagai berikut :
1. Klien dapat berkemih dengan normal.
2. Klien tidak merasakan nyeri saat
berkemih.
3. Klien dan keluarga tahu perineal
hygiene yang benar.
|
Tindakan yang dapat dilakukan agar tujuan tercapai antara
lain :
1.
Pantau cara klien dan keluarga perineal hygiene.
2.
Jaga agar daerah perineum tetap bersih dan tidak lembab.
3.
Ajarkan klien dn keluarga cara perineal yang benar.
4.
Anjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.
5.
Kolaborasi pemberian antibiotic.
|
Fera
|
E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
Klien : An. A No.
Register : 081916
Umur : 3 tahun Diagnosa
Medis: Phimosis
Ruang
Rawat : Anggrek Alamat : Jl. Sudirman 58, Bantul,
Yogyakarta
Hari
Pertama
No
Dx
|
Tanggal
|
Jam
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
Nama/
TTD
|
Nyeri akut b.d Agen
Cedera Biologis
|
02-10-2012
|
09.15
09.20
09.25
09.30
|
1. Mengkaji tanda tanda
vital klien.
S : ibu klien mengatakan anaknya sering
menangis karena nyeri pada perut bagian bawah.
O : N=90x/mnt, S=38,50C,
RR=24x/mnt
2. Mengkaji nyeri secara komprehensif.
S : Klien memberikan tanda nyerinya
berada pada skala nyeri 5.
O : Klien masih tampak menahan nyeri.
3. Memberikan posisi yang nyaman pada
klien
S: Ibu
klien mengatakan bahwa ananknya terlihat tidak nyaman dengan posisi yang
sekarang.
O:
Klien tampak tidak nyaman.
4. Mengajarkan klien cara-cara
mengatasi nyeri dengan teknik relaksasi
S: -
O:
Klien tampak tidak tenang.
5. Menganjurkan klien minum 2 liter
per hari.
S:-
O:
Bibir klien terlihat kering.
6. Memberikan klien obat ketorolax
dengan dosis 0,5 mg/kg/BB
S : Ibu klien menanyakan tujuan
pemberian obat tersebut.
O : Klien kesulitan minum obat.
|
02-10-2012/14.00
S :
1. Bapak klien mengatakan bahwa klien
masih mengeluh nyeri pada perut bagian bawah.
2. Ibu klien megatakan bahwa klien
terkadang tidak mau minum obat.
O :
1. N=90x/mnt, S=38,50C,
RR=24x/mnt
2. Klien tampak menahan nyeri.
3. Skala nyeri 5
A : Tujuan belum tercapai.
P : Intervensi dilanjutkan.
1. Pantau TTV Klien.
2. Kaji nyeri klien secara
komprehensif.
3. Beri posisi nyaman.
4. Ajarkan klien cara-cara mengatasi nyeri dengan
teknik relaksasi
5. Anjurkan minum 8-10 gelas per hari.
6. Kolaborasi pemberian obat
analgetik.
(ketorolac dengan dosis 0,5 mg/Kg BB)
|
Fera
|
Gangguan Eliminasi
Urine b.d Obstruksi Anatomik
|
02-10-2012
|
09.20
09.25
09.30
09.35
09.45
|
1.
Mengukur TTV klien
S: -
O: N=90x/mnt, S=38,50C, RR=24x/mnt
2.
Mengkaji tanda dan gejala retensi urine.
S: Ibu An.A mengatakan anaknya masih sulit berkemih.
O: Urine An.A tampak keruh dan sedikit.
3.
Menghitung intake dan output urine klien.
S: Ibu An.A mengatakan bahwa anknya minum 4 gelas (800 cc)
dalam sehari dan An.A kencing 2x sehari.
O: Urine An.A tampak keruh dan sedikit.
4.
Mencatat warna, konsistensi jumlah urine klien.
S:-
O: Warna urine tampak keruh dan jumlahnya 250 cc
5.
Memberikan obat antibiotic
|
02-10-2012/14.00
S :
1. Ibu klien mengatakn bahwa klien
masih menangis saat BAK.
O :
1. Klien menunjukkan tanda menahan
nyeri (meringis).
A : Tujuan belum tercapai.
P : Intervensi dilanjutkan.
1.
Pantau TTV klien
2.
Kaji tanda dan gejala retensi urine.
3.
Monitor intake dan output urine klien.
4.
Catat warna,konsistensi dan jumlah urine klien.
5.
Catat waktu pengeluaran urine terakhir.
6.
Ajarkan keluarga pasien cara toileting dan perawatan perinial yang
benar.
7.
Kolaborasi pemberian antibiotic dan tindakan sirkumsisi.
|
Fera
|
Hipertermia b.d
Penyakit
|
02-10-2012
|
09.15
09.20
09.25
09.30
09.40
|
1. Mengukur tanda-tanda
vital klien.
S :-.
O : N=90x/mnt, S=38,50C, RR=24x/mnt
2.Melakukan kompres hangat
basah.
S : Bapak klien mengatakan bahwa klien
sering mengeluh badanya panas..
O : Klien tampak lemas, pucat badan
teraba hangat., S=38,50C
3.Menganjurkan klien
untuk minum 2 liter per hari.
S : Ibu klien mengatakan klien
terkadang tidak mau minum.
O : Klien terlihat pucat dan lemas.
4. Menganjurkan klien untuk
meningkatkan isirahat.
S:
Klien mengatakan sulit tidur.
O:
Mata klien tampak cekung.
5. Memberikan klien obat antipiretik
paracetamol.
S : Ibu klien menanyakan tujuan
pemberian obat tersebut.
O: Klien mau minum obat.
|
02-10-2012/14.00
1. Ibu klien mengatakan klien masih
demam.
2. Ibu klien mengatakan klien bahwa
klien minum ½ liter per hari.
O :
1. Klien tampak lemas,dan pucat
2. Badan klien teraba hangat.
3. Klien mau minum obat secara rutin.
4. S=38,50C
A : Tujuan belum tercapai.
P : Intervensi dilnjutkan.
1. Pantau TTV klien.
2. Lakukan kompres hangat basah.
3. Anjurkan klien minum air 2 liter
per hari.
4. Anjurkan klien untuk meningkatkan
istirahat.
5. Berikan klien obat antipiretik
paracetamol
|
|
Gangguan Pola Tidur b.d
Kurang Privasi
|
02-10-2012
|
09.15
09.20
09.25
09.30
09.40
|
1.
Ciptakan lingkungan yang nyaman.
S: Ibu An.A mengatakan bahwa anaknya sering menangis.
O: An. A tampak terjaga saat tidur.
2.
Anjurkan klien mengatur jadwal tidur.
S: Ibu klien mengatakan mengerti.
O: Ibu tampak mengerti.
3.
Batasi pengunjung anjurkan membuat jadwal kunjungan.
S: -
O: Ibu An.A mengangguk.
4.
Berikan bantal dan posisikan tubuh klien agar nyaman.
S: -
O: An.A tampak gelisah.
5.
Kolaborasi pemberian obat tidur. (Dexamethasone 0,3 mg/kg BB)
S:Ibu An.A mengatakan anaknya sulit minum obat.
O: An.A menangis.
|
02-10-2012/14.00
S :
1. Klien sering terbangun pada malam
hari.
2. Klien mengatakan kurang nyaman saat
bangun.
O:
1. Klien tidur 5 jam sehari.
2. Mata klien terlihat cekung karena
kurang tidur.
3. Wajah klien terlihat pucat.
A: Tujuan belum
tercapai.
P: Intervensi
dilanjutkan.
1.
Ciptakan lingkungan yang nyaman.
2.
Anjurkan klien mengatur jadwal tidur
3.
Batasi pengunjung anjurkan membuat jadwal kunjungan.
4.
Berikan bantal dan posisikan tubuh klien agar nyaman.
5.
Kolaborasi pemberian obat tidur. (Dexamethasone 0,3 mg/kg BB)
|
Fera
|
Risiko Infeksi b.d
Pertahanan Tubuh Primer yang Tidak Adekuat (Destruksi Jaringan)
|
02-10-2012
|
09.15
09.20
09.25
09.30
09.40
|
1.
Memantau cara klien dan keluarga tentang perineal hygiene.
S: Ibu klien mengatakan belum tahu tentang perineal
hygiene.
O: Terdapat cairn eksudat yang purulen pada proposiun
klien.
2.
Menjaga agar daerah perineum tetap bersih dan tidak lembab dengan penis
hygiene yang benar.
S: -
O: Preposium klien lembab.
3.
Menngajarkan klien dan keluarga cara perawatan perineal yang benar.
S: Ibu klien mengatakan mengerti dengan ajaran perawat.
O: Keluan klien masik terdapat cairan eksudat.
4.
Menganjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.
S:Ibu klien mengatakan bahwa klien sering terbangun pada
malam hari.
O: Wajah klien tampak pucat.
5.
Memberikan obat antibiotic.
S: Ibu menanyakan tujuan pemberian obat.
O: Klien menangis saat diberikan obat.
|
02-10-2012/14.00
S:
1. Ibu klien mengatakan bahwa klien
masih sulit BAK.
2. Ibu klien mengatakan masih belum
mengerti bagaimana perawatan perineal yang benar.
O:
1. Klien menangis saat mau BAK.
2. Wajah klien meringis menahan nyeri.
A: Tujuan belum tercapai
P: Intervensi dilanjutkan
1.
Pantau cara klien dan keluarga perineal hygiene.
2.
Jaga agar daerah perineum tetap bersih dan tidak lembab.
3.
Anjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.
4.
Kolaborasi pemberian antibiotic.
|
Fera
|
Hari Kedua
No
Dx
|
Tanggal
|
Jam
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
Nama/
TTD
|
Nyeri akut b.d Agen
Cedera Biologis
|
03-10-2012
|
07.15
07.20
07.25
07.30
07.40
08.00
|
1. Mengkaji tanda tanda
vital klien.
S : ibu klien mengatakan anaknya sering
menangis karena nyeri pada perut bagian bawah.
O : N=85x/mnt, S=380C,
RR=22x/mnt
2. Mengkaji nyeri secara komprehensif.
S : Klien memberikan tanda nyerinya berada
pada skala nyeri 4.
O : Klien masih tampak menahan nyeri.
3. Memberikan posisi yang nyaman pada
klien
S: -
O:
Klien masih tampak kurang nyaman.
4. Mengajarkan klien cara-cara
mengatasi nyeri dengan teknik relaksasi
S: Ibu
klienmengatakan anaknya masih sering menangis.
O:
Klien tampak kurang tenang.
5. Menganjurkan klien minum 2 liter
per hari.
S:-
O:
Bibir klien terlihat kering.
6. Memberikan klien obat ketorolax
dengan dosis 0,5 mg/kg/BB
S : Ibu klien menanyakan tujuan
pemberian obat tersebut.
O : Klien tidak kesulitan minum obat.
|
03-10-2012/14.00
S :
1. Ibu klien mengatakan bahwa klien
masih mengeluh nyeri pada perut bagian bawah.
2. Ibu klien megatakan bahwa klien
sudah mau minum obat.
O :
1. N=85x/mnt, S=380C,
RR=22x/mnt
2. Klien tampak menahan nyeri.
3. Skala nyeri 4
A : Tujuan belum tercapai.
P : Intervensi dilanjutkan.
1. Pantau TTV Klien.
2. Kaji nyeri klien secara komprehensif.
3. Beri posisi nyaman.
4. Ajarkan klien cara-cara mengatasi nyeri dengan
teknik relaksasi
5. Anjurkan minum 8-10 gelas per hari.
6. Kolaborasi pemberian obat
analgetik.
(ketorolac dengan dosis 0,5 mg/Kg BB)
|
Fera
|
Gangguan Eliminasi
Urine b.d Obstruksi Anatomik
|
03-10-2012
|
07.15
07.20
07.25
07.30
07.40
|
1.
Mengukur TTV klien
S: -
O: N=85x/mnt, S=380C, RR=22x/mnt
2.
Mengkaji tanda dan gejala retensi urine.
S: Ibu An.A mengatakan anaknya masih sulit berkemih.
O: Urine An.A masih tampak keruh dan sedikit.
3.
Menghitung intake dan output urine klien.
S: Ibu An.A mengatakan bahwa anknya minum 4 gelas (800 cc)
dalam sehari dan An.A kencing 3x sehari.
O: Urine An.A tampak keruh dan sedikit.
4.
Mencatat warna, konsistensi jumlah urine klien.
S:-
O: Warna urine tampak keruh dan jumlahnya 280 cc
5.
Memberikan obat antibiotic
|
03-10-2012/14.00
S :
1. Ibu klien mengatakn bahwa klien
masih menangis saat BAK.
O :
1. Klien menunjukkan tanda menahan
nyeri (meringis).
A : Tujuan belum tercapai.
P : Intervensi dilanjutkan.
1.
Pantau TTV klien
2.
Kaji tanda dan gejala retensi urine.
3.
Monitor intake dan output urine klien.
4.
Catat warna,konsistensi dan jumlah urine klien.
5.
Kolaborasi pemberian antibiotic.
|
Fera
|
Hipertermia b.d
Penyakit
|
02-10_2012
|
07.15
07.20
07.25
07.30
07.40
|
1. Mengukur tanda-tanda
vital klien.
S :.
O : N=85x/mnt, S=380C, RR=22x/mnt
2.Melakukan kompres
hangat basah.
S : Bapak klien mengatakan bahwa klien
sering mengeluh kepanasan.
O : Klien tampak lemas, dan pucat.
38,50C
3.Menganjurkan klien
untuk minum 2 liter per hari.
S : Ibu klien mengatakan klien sulit
untuk minum.
O : Klien terlihat pucat, dan
bibirnya kering.
4. Menganjurkan klien untuk
meningkatkan isirahat
S: Ibu
klien mengatakkn bahwa ananknya sering menangis pda malam hari.
O:
Klien terlihat lemas dan pucat
5. Memberikan klien obat antipiretik
paracetamol.
S : Ibu klien menanyakan tujuan
pemberian obat tersebut.
O: Klien mau minum obat.
|
03-10-2012/14.00
S :
1. Klien mengeluh kepanasan.
2. Ibu klien mengatakan klien bahwa
klien minum 3/4 liter per hari.
3. Bapak klien mengatakan klien tidur
9 jam di malam hari dan 1 jam pada siang hari.
O :
1. Klien tampak lemas, pucat, bibirnya
kering.
2. Klien mau minum obat secara rutin
3. 37,50C.
A : Tujuan belum tercapai.
P : Intervensi dilnjutkan.
1. Pantau TTV klien.
2. Lakukan kompres hangat basah.
3. Anjurkan klien minum air 2 liter
per hari.
4. Anjurkan klien untuk meningkatkan
istirahat.
5. Berikan klien obat paracetamol.
|
Fera
|
Gangguan Pola Tidur b.d
Kurang Privasi
|
02-10-2012
|
09.15
|
1.
Ciptakan lingkungan yang nyaman.
S: Ibu An.A mengatakan bahwa anaknya sering menangis.
O: An. A tampak terjaga saat tidur.
2.
Anjurkan klien mengatur jadwal tidur.
S: Ibu klien mengatakan mengerti.
O: Ibu tampak mengerti.
3.
Batasi pengunjung anjurkan membuat jadwal kunjungan.
S: -
O: Ibu An.A mengangguk.
4.
Berikan bantal dan posisikan tubuh klien agar nyaman.
S: -
O: An.A tampak gelisah.
5.
Kolaborasi pemberian obat tidur. (Dexamethasone 0,3 mg/kg BB)
S:Ibu An.A mengatakan anaknya mauminum obat.
O: An.A menangis.
|
02-10-2012/14.00
S :
1. Klien masih sering terbangun pada
malam hari.
2. Ibu klien mengatakan anaknya masih
menangis saat terbangun
O:
1. Klien tidur 8 jam sehari.
2. Mata klien terlihat cekung karena
kurang tidur.
3. Wajah klien masih terlihat pucat.
A: Tujuan belum
tercapai.
P: Intervensi
dilanjutkan.
1.
Ciptakan lingkungan yang nyaman.
2.
Anjurkan klien mengatur jadwal tidur
3.
Batasi pengunjung anjurkan membuat jadwal kunjungan.
4.
Berikan bantal dan posisikan tubuh klien agar nyaman.
5.
Kolaborasi pemberian obat tidur.
(Dexamethasone 0,3 mg/kg BB)
|
Fera
|
Risiko Infeksi b.d
pertahanan Tubuh Primer yang tidak adekuat.
|
03-10-2012
|
07.15
07.20
07.25
07.30
|
1.
Memantau cara klien dan keluarga tentang perineal hygiene.
S: Ibu klien mengatakan sudah melakukan personal hygiene
terhadap anaknya.
O: Preposiun klien tampak lebih bersih dari sebelumnya.
2.
Menjaga agar daerah perineum tetap bersih dan tidak lembab dengan penis
hygiene yang benar.
S: -
O: Preposiun klien masih lembab.
3.
Ajarkan klien dan keluarga cara perawatan perineal yang benar.
S: Ibu klien mengatakan mengerti
perkataan perawat.
O:Ibu klien terliht melakukan yang
diajarkan perawat.
4.
Menganjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.
S:Ibu klien mengatakan bahwa klien tidur 8 jam sehari.
O: Mata klien terlihat masih cekung.
5.
Memberikan obat antibiotic.
S: -
O: Klien masih menangis saat diberikan obat.
|
03-10-2012/14.00
S:
1. Ibu klien mengatakan bahwa klien
masih sulit BAK.
2. Ibu klien mengatakan mengerti
bagaimana perawatan perineal yang benar.
O:
1. Klien menangis saat mau BAK.
2. Wajah klien meringis menahan nyeri.
3. Klien BAK 2x sehari.
A: Tujuan belum tercapai
P: Intervensi dilanjutkan
1.
Pantau cara klien dan keluarga perineal hygiene.
2.
Jaga agar daerah perineum tetap bersih dan tidak lembab.
3.
Anjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.
4.
Kolaborasi pemberian antibiotic.
|
Fera
|
Hari Ketiga
No
Dx
|
Tanggal
|
Jam
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
Nama/
TTD
|
Nyeri akut b.d Agen
Cedera Biologis
|
04-10-2012
|
07.15
07.20
07.25
07.30
07.40
07.45
|
1. Mengkaji tanda tanda
vital klien.
S : ibu klien mengatakan anaknya sering
menangis karena nyeri pada perut bagian bawah.
O : N=80x/mnt, S=37,50C,
RR=22x/mnt
2. Mengkaji nyeri secara komprehensif.
S : Klien memberikan tanda nyerinya berada
pada skala nyeri sedang(3).
O : Klien masih tampak menahan nyeri.
3. Memberikan posisi yang nyaman pada
klien
S: -
O:
Klien masih tampak kurang nyaman.
4. Mengajarkan klien cara-cara
mengatasi nyeri dengan teknik relaksasi
S: Ibu
klienmengatakan anaknya masih sering menangis.
O:
Klien tampak kurang tenang.
5. Menganjurkan klien minum 2 liter
per hari.
S:-
O:
Bibir klien terlihat kering.
6. Memberikan klien obat ketorolax
dengan dosis 0,5 mg/kg/BB
S : Ibu klien menanyakan tujuan
pemberian obat tersebut.
O : Klien tidak kesulitan minum obat.
|
04-10-2012/14.00
S :
1. Ibu klien mengatakan bahwa klien
masih mengeluh nyeri pada perut bagian bawah.
2. Ibu klien megatakan bahwa klien
sudah mau minum obat.
O :
1. N=80x/mnt, S=37,50C,
RR=22x/mnt
2. Klien masih tampak menahan nyeri.
3. Skala nyeri 3
A : Tujuan belum tercapai.
P : Intervensi dilanjutkan.
1. Pantau TTV Klien.
2. Kaji nyeri klien secara
komprehensif.
3. Beri posisi nyaman.
4. Ajarkan klien cara-cara mengatasi nyeri dengan
teknik relaksasi
5. Anjurkan minum 8-10 gelas per hari.
6. Kolaborasi pemberian obat
analgetik.
(ketorolac dengan dosis 0,5 mg/Kg BB)
|
Fera
|
Gangguan Eliminasi
Urine b.d Obstruksi Anatomik
|
03-10-2012
|
07.15
07.20
07.25
07.30
07.40
|
1.
Mengukur TTV klien
S: -
O: N=80x/mnt, S=37,50C, RR=22x/mnt
2.
Mengkaji tanda dan gejala retensi urine.
S: Ibu An.A mengatakan anaknya masih sulit berkemih.
O: Urine An.A masih tampak keruh dan sedikit.
3.
Menghitung intake dan output urine klien.
S: Ibu An.A mengatakan bahwa anknya minum 5gelas (1000 cc)
dalam sehari dan An.A kencing 4x sehari.
O: Urine An.A sedikit llebih jernih
4.
Mencatat warna, konsistensi jumlah urine klien.
S:-
O: Warna urine sedikit lebih jernih dan jumlahnya 300 cc
5.
Memberikan obat antibiotic
|
03-10-2012/14.00
S :
1. Ibu klien mengatakn bahwa klien
masih menangis saat BAK.
O :
1. Klien menunjukkan tanda menahan
nyeri (meringis).
A : Tujuan belum tercapai.
P : Intervensi dilanjutkan.
1.
Pantau TTV klien
2.
Kaji tanda dan gejala retensi urine.
3.
Monitor intake dan output urine klien.
4.
Catat warna,konsistensi dan jumlah urine klien.
5.
Kolaborasi pemberian antibiotic.
|
Fera
|
Hipertermia b.d
Penyakit
|
04-10-2012
|
07.15
07.20
07.25
07.30
07.40
|
1. Mengukur tanda-tanda
vital klien.
S :-.
O : N=80x/mnt, S=37,50C,
RR=22x/mnt
2. Melakukan kompres
hangat basah.
S : Bapak klien
mengatakan bahwa klien dapat tidur dengan nyenyak.
O : Klien tidak tampak pucat.
3. Menganjurkan klien
untuk minum 2 liter per hari.
S : Ibu klien
mengatakan klien tidak sulit menelan.
O : Bibir klien tampak lembab.
4. Menganjurkan klien untuk
meningkatkan istirahat.
S :
Bapak klien mengatakan bahwa klien tidur 10 jam pada malam hari dan 1 jam di
siang hari.
O :
Klien tidak tampak lemas.
5. Memberikan klien obat paracetamol.
S : Klien tidak mengelu
kepanasan.
O: Klien mau minum obat secara rutin.
|
04-10-2012/14.10
S :
1. Klien tidak mengeluh kepanasan.
2. Ibu klien mengatakan klien bahwa
klien minum 2 liter per hari.
3. Bapak klien mengatakan klien tidur
10 jam di malam hari dan 1 jam pada siang hari.
O :
1. Klien tidak tampak lemas dan pucat.
2. Klien mau minum obat secara rutin.
A : Tujuan belum tercapai.
P : Intervensi dipertahankan.
1. Pantau TTV klien.
2. Anjurkan klien minum air 2 liter
per hari.
3. Anjurkan klien untuk meningkatkan
istirahat.
|
Fera
|
Gangguan Pola Tidur b.d
Kurang Privasi
|
04-10-2012
|
07.15
07.20
07.25
07.30
07.40
|
1.
Ciptakan lingkungan yang nyaman.
S: Ibu An.A mengatakan bahwa anaknya sering menangis.
O: An. A tampak terjaga saat tidur.
2.
Anjurkan klien mengatur jadwal tidur.
S: Ibu klien mengatakan mengerti.
O: Ibu tampak mengerti.
3.
Batasi pengunjung anjurkan membuat jadwal kunjungan.
S: -
O: Ibu An.A mengangguk.
4.
Berikan bantal dan posisikan tubuh klien agar nyaman.
S: -
O: An.A tampak lebih nyaman.
5.
Kolaborasi pemberian obat tidur. (Dexamethasone 0,3 mg/kg BB)
S:Ibu An.A mengatakan anaknya mauminum obat.
O: An.A tampak tenang.
|
04-10-2012/14.00
S :
1. Klien masih sering terbangun pada
malam hari.
2. Ibu klien mengatakan anaknya masih
menangis saat terbangun
O:
1. Klien tidur 9 jam sehari.
2. Mata klien terlihat cekung karena
kurang tidur.
3. Wajah klien masih terlihat pucat.
A: Tujuan belum
tercapai.
P: Intervensi
dilanjutkan.
1.
Ciptakan lingkungan yang nyaman.
2.
Anjurkan klien mengatur jadwal tidur
3.
Batasi pengunjung anjurkan membuat jadwal kunjungan.
4.
Berikan bantal dan posisikan tubuh klien agar nyaman.
|
Fera
|
Risiko Infeksi b.d
pertahanan Tubuh Primer yang tidak adekuat.
|
04-10-2012
|
07.15
07.20
07.25
|
1.
Memantau cara klien dan keluarga tentang perineal hygiene.
S: Ibu klien mengatakan sudah melakukan perineal hygiene pada An.A.
O: Prepusium klien sudah tampak lebih kering dari
sebelumnya.
2.
Menganjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.
S:Ibu klien mengatakan bahwa klien tidur 9 jam sehari.
O: Klien terlihat lebih fresh.
3.
Memberikan obat antibiotic.
S: Ibu klien mengatakan bahwa klien sudaah jarang menangis.
O: Klien mau minum obat dengan teratur.
|
04-10-2012/14.00
S:
1. Ibu klien mengatakan bahwa klien
BAK 3x sehari.
2. Ibu klien mengatakan sudah bisa
melakukan perawatan perineal yang
benar.
O:
1. Klien menangis saat mau BAK.
2. Wajah klien meringis menahan nyeri.
3. Klien BAK 3x sehari dengan
konsistensi tidak pekat.
A: Tujuan belum tercapai
P: Intervensi dilanjutkan
1.
Pantau cara klien dan keluarga perineal hygiene.
2.
Anjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.
3.
Memberikan obat antibiotik
|
|
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini di bahas tentang asuhan keperawatan pada An A
dengan penyakit Phimosis. Adapun ruang lingkup dari pembahasan kasus ini adalah
sesuai dengan proses keperawatan yaitu mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan (intervensi), pelaksanaan (implementasi) dan evaluasi.
Phimosis yang terjadi pada kasus
An. A dikarenakan oleh personal hygiene yang kurang baik. An. A mengalami nyeri
pada bagian supra pubic karena keluhan
utama An. A pada saat pertama kali masuk rumah sakit adalah nyeri. Dan ketika
dikaji keluhan yang paling mengganggu An. A adalah nyeri. Pada kasus An. A
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam.
A.
Pengkajian
Proses pengkajian yang dilakukan pada An.A dengan Phimosis di UGD RS. Respati
dilakukan dengan melakukan wawancara, dengan ayah dan ibu klien dan melakukan
obsrvasi serta pemeriksaan fisik langsung ke An A. Pelaksanaan pengkajian
mengacu pada teori, akan tetapi
disesuaikan dengan kondisi An.A saat dikaji.
Pada saat dilakukan pengkajian, keluarganya cukup terbuka sehingga
memudahkan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Hal ini dibuktikan dengan An.A dan
keluarganya mau menjawab pertanyaan dan menerima saran yang diberikan oleh
penulis. Dari data yang terkumpul kemudian dilakukan analisa dan identifikasi
masalah yang dihadapi oleh klien yang merupakan data fokus dan selanjutnya
dirumuskan diagnosa atau masalah keperawatan. Tidak terdapat kesenjangan antara
teori dan kondisi klinis klien.
Dari hasil
laboratorium yang di dapat, terdapat beberapa hasil yang abnormal, yaitu : RR : 24x/menit
(tinggi), S : 38,50 C (tinggi),
N : 90x/menit (tinggi).
Terapi medis yang diberikan :
Obat Salep Deksametasone 0,1%.
B.
Diagnosa
Keperawatan
Adapun diagnosa yang muncul pada An.A adalah
1.
Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Cidera Biologis
2.
Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan Obstruksi
Anatomik
3.
Hipertermi berhubungan dengan Penyakit
4.
Gangguan Pola Tidur behubungan dengan Kurang Privasi
5.
Risiko Infeksi berhubungan dengan Pertahanan Tubuh
Primer yang Tidak Adekuat (destruksi jaringan)
Prioritas diagnose An.A Adalah
1. Nyeri
Akut berhubungan dengan Agen Cidera Biologis
2. Gangguan
Eliminasi Urine berhubungan dengan Obstruksi Anatomik
3. Hipertermi
berhubungan dengan Penyakit
4. Gangguan
Pola Tidur behubungan dengan Kurang Privasi
5. Risiko
Infeksi berhubungan dengan Pertahanan Tubuh Primer yang Tidak Adekuat
(destruksi jaringan)
Alasan kelompok
mengambil diagnosa yang pertama Nyeri b.d agens cedera fisik ditandai dengan
klien menanunjukkan tanda-tanda menahan nyeri dengan meringis dan menangis saat
mau BAK. Klien memberikan tanda pada skala nyeri sedang (skala 6). Klien tampak
pucat dan tampak gelisah saat tidur. Kemudian kelompok mengangkat diagnose
kedua Gangguan Eliminasai Urine b.d ditandai dengan klien sulit berkemih dan warna
urine keruh. Dan kelompok mengambil diagnose tiga yaitu Hipertermia b.d
Penyakit ditandai dengan suhu klien mencapai 38,50C, sehingga
hipertermia harus diatasi agar tidak menimbulkan kejang pda anak. Kemudian
diagnose keempat adalah Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan kurang
privasi/kendali tidur ditandai dengan klien sering terbangun pada malam hari,
klien tidur 6 jam pada malam hari dan 1
di siang hari. Wajah klien terlihat pucat, matanya cekung karena kurang tidur.
Dan diagnose terakhir adalah Risiko Infeksi berhubungan dengan Pertahanan Tubuh
Primer yang Tidak Adekuat (destruksi jaringan) ditandai dengan Prepusium tidak
bisa ditarik ke belakang, terlihat adanya edema pada area kemaluan An. A dan di
sekitar kemaluan klien juga tampak kemerahan. Jika tidak segera diatasi, dapat
mengkibatkan infeksi pada klien.
C. Perencanaan
Perencanaan dalam proses keperawatan
dimulai setelah data terkumpul, dikelompokkan, dianalisa dan ditetapkan masalah
keperawatan. Perencanaan disusun berdasarkan prioritas masalah yang disesuaikan
dengan kondisi klien. Setelah masalah ditentukan berdasarkan prioritas, tujuan
pelayanan keperawatan ditetapkan. Tujuan bisa ditetapkan dalam jangka panjang
atau jangka pendek, harus jelas, dapat diukur dan realistis. Ditegaskan dalam
bentuk perubahan, kriteria hasil sebagai alat ukur pencapaian tujuan yang
mengacu pada tujuan yang disusun pada rencana keperawatan. Pada penyusunan
kriteria hasil penulis menyesuaikan dengan waktu pemberian perawatan yang
dilakukan oleh penulis yaitu selama 3x24 jam.
Perencanaan yang dibuat pada An.A dengan masalah
utama Nyeri Akut berhubungan dengan agens Cedera Biologis pada dasarnya untuk meminimalkan keluhan yang ada pada An. A
saat itu. Perencanaan yang dilakukan sesuai dengan teori karena
sama-sama menggunakan NIC NOC 2009-2011, namun pada kasus, disesuaikan dengan
kondisi klien.
D.
Implementasi /Pelaksanaan
Setelah
rencana keperawatan dibuat, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan.
Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan merupakan kegiatan atau tindakan yang
diberikan pada An.A dengan menerapkan pengetahuan dan kemampuan klinik yang
dimilki oleh klien berdasarkan ilmu – ilmu keperawatan dan ilmu – ilmu lainnya
yang terkait. Seluruh perencanaan tindakan yang telah dibuat dapat terlaksana
dengan baik.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan rencana asuhan keperawatan atau hambatan yang penulis dapatkan.
Hambatan-hambatan tersebut antara lain, keterbatasan sumber referensi buku
sebagai acuan penulis dan juga alat yang tersedia, pendokumentasian yang
dilakukan oleh perawat ruangan tidak lengkap sehingga sulit untuk mengetahui
perkembangan klien dari mulai masuk sampai sekarang secara detail, lingkungan
fisik atau fasilitas rumah sakit yang kurang memadai dan keberadaan penulis di
ruang tempat klien di rawat terbatas.
Dalam implementasi di atas, perawat hanya melakukan
tindakan keperawatan dalam waktu 3x24 jam.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah
tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap evaluasi dalam proses keperawatan
menyangkut pengumpulan data subjektif dan data objektif yang akan menunjukkan
apakan tujuan asuhan keperawatan sudah tercapai sepenuhnya, sebagian atau belum
tercapai. Serta menentukan masalah apa yang perlu dikaji, direncanakan,
dilaksanakan dan dinilai kembali.
Tujuan tahap
evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencana keperawatan, menilai,
meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui perbandingan asuhan keperawatan
yang diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah di tetapkan lebih dulu.
Adapun
evaluasi dari tindakan keperawatan di atas adalah karena tindakan yang
dilakukan hanya 3X24 jam, maka tujuan keperawatan belum tercapai.
BAB V
A. Kesimpulan
Pimosis adalah suatu keadaan dimana
preposium tidak bisa ditarik bisa dikarenakan konginetal atau didapat. Tetapi biasanya
kondisi tersebut bisa normal dengan ditambahnya produksi hormon dan
pertumbuhan.
Pimosis dapat mengakibatkan gangguan
berkemih baik nyeri atau balloning (masa diujung penis) perlu dilakukan
sirkumsisi biasanya itu merupakan indikasi untuk mencegah infeksi karena
terkumpulnya urine yang mengandung glukosa sebagai tempat terbaik bagi
pertumbuhan bakteri.
B. Saran
Jika ada anak mengalami gejala seperti
gejala pimosis untuk segera mendapat penanganan untuk mencegah terjadi infeksi
saluran kemih dan tidak memandang kelainan tersebut sebagai suatu hal yang
mistis.
DAFTAR PUSTAKA
Dochter, Joanne McCloskey, Phd dkk. 2004. Nursing Intervetion Classification.Jakarta:Mosby
Elevier
Moorhead, Sue dkk.2004. Nusing
Outcomes Classification (NOC). Jakarta:Mosby Elsevier
Price, Sylvia A & Wilson, Lorraine M. 2006.
Patofisiologi; Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah dari Brunner & Suddarth, Edisi 8. EGC : Jakarta.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
FKUI.
T. Heather Herdman, PhD, RN. 2012.Doagnosis Keperawatan. Jakarta:Penerbit
Buku Kedokteran EGC
http://www.google.com/asuhan-keperawatan-Phimosis
http://www.blogspot.com/askep-Phimosis